Solok – Hubungan Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah dan Bupati Solok Epyardi Asda kembali memanas. Memanasnya hubungan dua kepala daerah itu dipicu langkah Gubernur yang meneruskan laporan ketua DPRD Kabupaten Solok ke Kemendagri.
Selain persoalan itu, Bupati Epyardi Asda juga merasa tak dihargai lantaran Gubernur Mahyeldi yang kerap berkegiatan di Solok tanpa berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
Perseteruan dua kepala daerah itu tidak hanya kali ini. Sebelumnya, hubungan Bupati Solok dan Gubernur juga sempat tegang saat terjadinya kasus pemecatan karyawan Aqua Solok dan sejumlah persoalan lainnya.
Menanggapi situasi ini, Ketua Umum DPD IMM Sumbar Hamzah Jamaris, ikut angkat bicara. Ia mengajak kedua belah pihak untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara musyawarah.
“Sesuai falsafah adat Minangkabau, bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakaik. Saran kami sebagai generasi muda, mari kita selesaikan permasalahan ini dengan musyawarah,” ujar Hamzah.
Hamzah menilai, ketidakharmonisan hubungan antar pemimpin di Sumbar merupakan ancaman yang dapat menghambat jalannya pembangunan. Pastinya, akan sangat merugikan masyarakat.
“Polemik ini tidak hanya mencoreng nama baik kedua pemimpin. Tapi juga citra Sumbar yang selama ini dikenal sebagai negeri yang beradat,” imbuhnya.
Menurutnya, sebagai pemimpin, kedua belah pihak hendaknya memberikan contoh terbaik bagi masyarakat. Kepentingan rakyat harus menjadi prioritas utama.
Hamzah juga mengimbau kepada seluruh tokoh masyarakat, niniak mamak, alim ulama dan cadiak pandai, untuk bisa berperan aktif dalam menyikapi kisruh kedua pimpinan daerah tersebut.
“Jangan sampai niniak mamak, dan juga tokoh ikut terbawa arus dalam perseteruan ini. Jangan sampai menghujat salah satu, tapi memberikan pencerahan. Masyarakat juga juga harus bijak menyikapi” imbuhnya.(EN)