TANAH DATAR – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Batipuh, Daerah Padang Panjang Batipuh X Koto (Pabasko), Ahad (25/2), menggelar pengajian anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Kegiatan pengajian itu, menghadirkan narasumber Ustadz Zulkifli, M.Pd., yang juga merupakan wakil ketua Pimpinan Daerah Muhammdiyah Pabasko, bertempat di Masjid Asasi Nagari Andaleh.
Hadir pada kesempatan itu Ketua PDM Pabasko Musriadi Musanif, Anggota DPRD Tanah Datar Nova Hendria, Walinagari Andaleh Bahuri Dt. Rangkang, Ketua PCM Batipuh Zalisman, Ketua PRM Andaleh Zainal Arifin, dan para jamaah.
Walinagari dalam sambutannya menyampaikan harapan, Muhammadiyah agar meningkatkan kerjasama dan kolaborasi dengan semua pihak, sehingga dapat menjangkau puluhan ribu anggta dan simpatisan Muhammadiyah di daerah Pabasko.
“Dalam situasi seperti ini, kekompakan dan dukungan dari seluruh anggota organisasi sangatlah penting. Mengingat mayoritas warga Pabasko adalah simpatisan Muhammadiyah, tentu kita perlu memperkuat organisasi,” ujarnya.
Walinagari menyebut, sosialisasi yang intensif ke masyarakat serta tindakan nyata yang dioptimalkan menjadi kunci bagi kemajuan organisasi.
Walinagari menegaskan pentingnya sikap saling menghormati dan tidak menyalahkan sesama umat Islam. “Perbedaan tidak boleh menjadi pemicu perpecahan,” katanya tegas.
Dalam konteks pengembangan pengajian, Zalisman menegaskan, cabang dan ranting Muhammadiyah harus bersatu demi memperkuat kekuatan persyarikatan. “Semoga pengajian kita semakin berkembang dengan dukungan semua pihak,” ucapnya.
Sementara itu, Musriadi yang juga Pemimpin Redaksi MenaraMu.id dalam sambutannya menegaskan, Pabasko adalah daerah awal tumbuh dan berkembangnya Muhammadiyah di Indonesia.
“Muhammadiyah lahir di Yogyakarta, disemai pertama di Maninjau, lalu kemudian dibawa ke Batipuh dan tumbush subur di Kauman Padang Panjang. Dari sinilah, Muhammadiyah menyebar ke seluruh penjuru nusantara, termasuk ke mancanegara,” sebutnya.
Musriadi yang merupakan sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanah Datar itu menegaskan, keberadaan Muhammadiyah memiliki legalitas yang kuat, sejak dari Pemerintah Belanda hingga ke Pemerintahan Republik Indonesia.
“Legalitas Muhammadiyah jelas. Eksistensinya tak perlu diragukan lagi. Muhammadiyah lebih dahulu hadir dari negara kita. Tujuannya jelas. Mekanisme kerja dan sistem keja persyarikatan juga tertata rapi,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Musriadi juga menegaskan perlunya keseimbangan antara amar makruf dan nahir munkar, sebagai komitmen Muhammadiyah dalam menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
“Banyak orang yang hanya amar makruf saja. Menyuruh berbuat kebajikan semata. Tapi tida berani melakuan nahi mungkar. Mencegah kejahatan. Ada pula sebaliknya, nahi mungkar melulu. Muhammadiyah tidak demikian. Amar makruf nahi munkar,” tuturnya.
Zulkifli dalam tausyiyahnya menyoroti upaya Muhammadiyah dalam membersihkan aqidah dan ibadah umat Islam, dari pengaruh animisme dan dinamisme yang sudah berkembang sebelum Islam masuk ke Nusantara.
“Kita harus memperkokoh tauhid agar ibadah kita benar-benar diterima oleh Allah SWT. Kalau iman tidak duduk, maka akan sia-sialah amal ibadah kita,” tandasnya.
Menurutnya, Muhammadiyah berupaya membersihkan aqidah dan ibadah umat dari pengaruh animisme dan dinamisme, yang banyak diyakini secara tradisional di Indonesia
“Allah tidak suka disekutukan, dan mensyarikatkan Allah dosa terbesar. Iblis dan syetan akan punya kekuatan, bila kita takut kepadanya. Iblis dan hantu di Indonesia dikisahkan selalu disabilitas. Jangan rusak aqidah kita kepercayaan tahyul dan khurafat ini,” tegasnya.(mus)