Sumatera Barat tengah menghadapi krisis moral yang mengkhawatirkan. Beberapa masalah sosial yang mencuat ke permukaan kini semakin mendesak untuk segera ditangani, di antaranya adalah maraknya perilaku LGBT, tingginya angka perceraian, penyalahgunaan narkoba, serta perjudian. Berbagai kasus yang terjadi seolah menandai kemerosotan moral yang tak lagi bisa diabaikan.
Salah satu kasus yang mengguncang publik baru-baru ini adalah tindakan sodomi yang dilakukan oleh seorang guru asrama di salah satu pesantren di kabupaten Sumatera Barat. Kasus ini menambah panjang daftar fenomena LGBT yang kini semakin marak, bahkan telah merambah ke lembaga pendidikan, baik umum maupun agama.
Dalam pandangan Sigmund Freud, fenomena ini ibarat gunung es, apa yang tampak di permukaan hanyalah sebagian kecil dari masalah yang sebenarnya lebih besar. Dengan kata lain, perilaku LGBT yang terlihat oleh masyarakat hanyalah puncak dari masalah yang lebih luas dan mendalam.
Tingginya angka perceraian di Sumatera Barat juga menjadi ancaman serius terhadap ketahanan keluarga. Semakin banyaknya pasangan yang bercerai berdampak langsung pada kondisi anak-anak yang sering kali terlantar akibat perpecahan rumah tangga. Dampak negatif ini menciptakan lingkaran setan yang terus berulang dari generasi ke generasi.
Masalah narkoba juga menjadi perhatian utama. Penyalahgunaan narkoba kini telah menjangkiti desa-desa dan kampung-kampung di Sumatera Barat. Ironisnya, hal ini diperparah dengan berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap nilai-nilai agama yang selama ini menjadi benteng moral.
Perjudian, baik secara konvensional maupun online, juga tak luput dari perhatian. Beberapa bulan yang lalu, penangkapan beberapa ibu rumah tangga yang terlibat dalam praktik perjudian semakin menambah keprihatinan. Perjudian online yang semakin mudah diakses melalui teknologi membuat masalah ini semakin sulit dikendalikan.
Menyikapi berbagai masalah tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat merasa perlu mengambil langkah tegas. Ketua Komisi Pendidikan MUI Sumatera Barat, Murisal, menekankan pentingnya mencari solusi yang komprehensif.
Salah satu langkah yang akan diambil adalah mengadakan kunjungan ke pesantren-pesantren untuk memberikan edukasi moral dan agama. Melalui upaya ini, diharapkan nilai-nilai keagamaan dapat kembali menjadi landasan moral masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Sumatera Barat kini berada di persimpangan jalan. Dalam menghadapi krisis moral yang melanda, diperlukan kesadaran kolektif dan tindakan nyata dari seluruh elemen masyarakat. Masyarakat Sumatera Barat harus bersatu padu dalam memperkuat kembali nilai-nilai agama dan budaya, agar generasi mendatang dapat tumbuh dalam lingkungan yang lebih sehat dan bermartabat.
Oleh: Dr. Murisal, M. Pd., (Ketua Komisi Pendidikan MUI Sumatera Barat)
Editor: Endrio Febrianda.