Scroll untuk baca artikel
Opini

Serba-serbi Pilkada: Program Mentah, Tim Pemenangan Lemah

388
×

Serba-serbi Pilkada: Program Mentah, Tim Pemenangan Lemah

Sebarkan artikel ini

PILKADA 2024 memang sangat menarik untuk diikuti dari segala sisi. Termasuk pola komunikasi tim pemenangan dan orang-orang yang berkutat di dalamnya.

Seperti di sebuah daerah kecil di Sumatera Barat, suhu politik yang biasanya selalu hangat sepanjang tahun, kini terasa biasa-biasa saja. Dingin, seperti kondisi cuaca yang terus berubah di musim penghujan tahun ini.

Scroll ke bawah
Teruskan Membaca

“Aneh, ini Pilkada paling dingin dalam sejarah daerah ini sejak pemilihan langsung kepala daerah.” Demikian sebut salah seorang teman ketika menikmati secangkir kopi di pagi hari menjelang berangkat mencari sesuap nasi.

Benar saja, daerah yang biasanya selalu diisi dengan perbincangan politik dengan berbagai topik itu, terlihat adem ayem, tak bersuara sama sekali. Jalanan pun yang biasanya dipenuhi baliho dan spanduk propaganda calon-calon kepala daerah, seakan sepi.

Baca juga:   Catatan Muhammadiyah terhadap Rangkaian Pemilu dan Pilkada 2024

Di sudut-sudut kampung, memang masih ramai dengan pembicaraan tentang suksesi kepemimpinan lima tahunan itu, namun bukan lagi tentang calon A mengusung program ini, atau si B mengemukakan program itu. Diskusi-diskusi kecil masyarakat dalam kelompoknya, lebih banyak berisi tentang kelakar terhadap tingkah polah calon dan tim pemenangannya.

Sedikit lucu memang, di masa yang seharusnya digunakan berpacu dengan kecepatan dan ketepatan langkah pemenangan, masyarakat malah dipertontonkan dengan perilaku yang menggelikan. Ada tim pemenangan yang tampil eksklusif dengan pembatasan-pembatasan terhadap para tokoh dan masyarakat pemilih untuk berdiskusi bersama para kandidat, ada pula yang disibukkan dengan blokir sana sini nomor-nomor ponsel para kerabat dan teman. Bukankah itu sebuah ‘kebodohan’?

Baca juga:   Dua Paslon Maju di Tanah Datar, Buya Maswardi: Program Jangan Muluk-muluk

Kelucuan yang menggelikan tak berhenti begitu saja, diskusi-diskusi dalam satu pola pemenangan, masih berkutat membicarakan tentang program unggulan pasangan calon. Ada yang mengusulkan program ini dan itu, sementara di lain sisi ada pula yang berpendapat betapa ‘remeh’nya program yang diusung.

Pemilihan kepala daerah memang tak terlepas dari tontonan perilaku politik para politisi daerah.  Bahwa sebenarnya untuk menjalani tahapan demi tahapan pemenangan bukan pula hal rumit bagi sebagian orang. Di sinilah kepiawaian berpolitik dan membangun komunikasi menjadi kunci dari segalanya. Bukan malah bermain di ranah money politics, atau membangun tembok eksklusifisme yang nyata-nyata merugikan.

Pemenangan Pilkada bagi setiap pasangan calon, bukanlah sekadar persoalan bagaimana meraup suara sebanyak mungkin. Hal itu disebabkan, memimpin sebuah daerah tidak semudah anda membeli suara lalu menang dan dilantik sebagai kepala daerah selama lima tahun.

Baca juga:   Tiga Alasan Memilih Mahyeldi-Vasko Menurut Buya Masoed Abidin

Pemenangan Pilkada juga bukan semudah anda mencari sosok penyusun teks pidato politik dan kampanye, bahkan ketika kerumitan muncul saat si calon tidak memiliki data tentang daerah yang akan dikuasainya. Tidak, jangan seremeh itu memandang Pilkada, karena di tangan anda ketika menang nanti, harapan-harapan yang ada di hati warga ditumpangkan. (*)

Penulis: Nova Indra (Dir. PT MenaraMu Media Group, Pimp. P3SDM Melati, Journalist, Writer)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

File not found.