Scroll untuk baca artikel
Opini

Serba-serbi Pilkada 2024, Munculnya Para Pencari Panggung

1060
×

Serba-serbi Pilkada 2024, Munculnya Para Pencari Panggung

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi. (G-Stock Studio/Shutterstock.com)

PILKADA 2024 dengan segala serba-serbinya, memang selalu enak diperbincangkan. Melihat dan mencermati perilaku dan komunikasi politik pihak-pihak berkepentingan, menjadi sangat menarik untuk dikupas melalui pemikiran-pemikiran positif.

Pertarungan ide, perlombaan program, mengedepankan keinginan membangun daerah dengan segala kelebihan dan kemudahan yang akan diperoleh masyarakat, merupakan tontonan keseharian menuju hari pencoblosan di ujung Nopember 2024 nanti.

Scroll ke bawah
Teruskan Membaca

Satu hal yang ingin penulis kedepankan dalam tulisan ini adalah, bagaimana para pasangan calon (paslon) kepala daerah mampu mengenali daerahnya sendiri secara holistik. Kemampuan mengenali kondisi sosio-politik daerah merupakan salah satu kunci pemenangan paslon peserta Pilkada Serentak 2024 ini.

Semua orang berlomba mengedepankan diri dan kelompoknya agar mendapatkan panggung dan dilirik oleh paslon kepala daerah. Memperlihatkan pengaruh, memainkan peran agar masuk ke dalam ruang utama permainan politik, hingga tak jarang harus sikut-menyikut dengan pihak lain, dilakukan dengan dalih turut serta memikirkan masa depan daerah. Semua itu tak dapat dielakkan, helat lima tahunan tersebut menjadi ajang memanfaatkan keadaan dan peluang. Panggung-panggung politik bukan hanya menjadi sasaran para paslon kepala daerah, tetapi juga bagi mereka yang ingin muncul sebagai tokoh penting.

Baca juga:   MK Gelar Bimtek PHPKada untuk Jurnalis

Persoalan penokohan dan mencermati sesiapa yang patut menjadi teman satu gerbong menuju lintasan yang berakhir pada titik kemenangan, bukanlah masalah ringan. Banyak orang terjebak pada kondisi dimana harus menerima kenyataan bahwa pertemanan menjadi bagian yang dipertimbangkan sedemikian rupa. Padahal, suksesi kepemimpinan menggunakan tim pememangan bukanlah persoalan memilih teman sebagai ‘kawan satu gerbong’ saja.

Dalam sebuah percaturan politik daerah, masih saja ada propaganda politik yang salah kaprah dengan menyebut seseorang sebagai tokoh daerah. Hal itu dilakukan hanya dengan tujuan agar orang yang disebut tetap merasa penting dan mau berjalan seiring, padahal kenyataannya ia bukanlah tokoh yang sebenarnya.

Secara tidak langsung, hal itu menjadi bumerang yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap tim yang urun ke lapangan. Alih alih meningkatkan elektabilitas, malah bisa mendowngrade tingkat kepercayaan konstituen. Menempatkan sesuatu dengan benar, meletakkan posisi dengan tepat, adalah kunci dari komunikasi politik ke tengah masyarakat.

Baca juga:   Gelar Bincang Politik, MenaraMu akan Undang Paslon Peserta Pilkada

Kepiawaian berpolitik memang sangat diuji dalam pentas Pilkada kali ini. Bukan hanya bagi para paslon kepala daerah, tetapi juga untuk mereka yang berada di lini terdepan pemenangan. Salah sedikit saja, dapat menghancurkan konsep yang dibangun sedemikian rupa.

Membangun panggung politik yang efektif untuk Pilkada 2024 memerlukan strategi yang matang, terutama dengan memanfaatkan tokoh dan individu yang memiliki kemampuan yang relevan. Untuk menangani isu-isu lokal, perlu pula memperhatikan siapa person-person yang patut dibawa ke dalam ruang inti pemenangan.

Setiap upaya pendekatan dilakukan pada tokoh, harus melihat pengalaman dan latar belakang mereka.  Hal ini bertujuan agar tim mendapat masukan terhadap penanganan isu-isu di daerah dengan baik.

Baca juga:   Di Masa Kampanye Pilkada 2024, KPU Sumbar Jelaskan Ini

Terkait isu-isu daerah, narasi-narasi yang dimunculkan juga perlu mendapat sorotan sebelum dilempar ke massa calon pemilih. Narasi berbau propaganda harus fokus pada isu-isu utama yang dihadapi oleh masyarakat, seperti infrastruktur, ekonomi lokal, kesehatan, atau pendidikan. Solusi yang ditawarkan harus konkret dan realistis, bukan mengada-ada atau malah membandingkannya dengan kondisi yang sebelumnya.

Semua persoalan harus dianalisis dengan tepat. Agar tidak ada celah bagi lawan tanding untuk menggembosi dengan narasi yang lebih menarik.

Pemenangan Pilkada seperti kita berjualan di pasar-pasar rakyat, bukan di pasar modern layaknya seorang praktisi bisnis berorasi tentang bagaimana alur pikirannya untuk sebuah proses pembangunan. Kecermatan yang ada, akan menjadi ukuran, ‘jualan’ yang diusung dibeli atau tidak oleh pangsa pasar. (*)

Penulis: Nova Indra (Pimp. P3SDM Melati, Dir. PT MenaraMu Media Group, Jurnalist, Writer)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

File not found.