PADANG – Laki-laki di Minangkabau, punya dua sisi kehidupan yang harus diseimbangkan. Di rumah dagang, ia menjadi seorang mamak dengan segala tanggungjawabnya, sementara di rumah keluarga kecilnya, ia adalah seorang ‘sumando’ yang juga memiliki peran tak ringan.
Gambaran peran budaya yang diemban oleh laki-laki Minangkabau itu, diangkat oleh rumah produksi Marawa Pro ke dalam sebuah film berjudul ‘Rumah ini BuTuh Tuhan’. Sebuah film roman budaya yang sarat dengan pesan-pesan positif ini, mengangkat isu-isu yang secara nyata sering didapati di tengah tatanan sosial kekinian.
Pimpinan Marawa Pro Entertainment, Marde Putra menyebutkan, film Rumah ini Butuh Tuhan bercerita tentang seorang ibu dengan segala kelembutannya yang membela setiap perilaku anaknya di depan suami.
“Di sini muncul kesenjangan peran seorang laki-laki, di satu sisi sebagai ayah ia harus memimpin istri dan anak-anaknya dalam membangun keluarga yang taat segala bentuk tuntunan, baik adat-budaya maupun agama,” sebut Marde yang juga pegiat silat dari Perguruan Silat ampu Silang itu kepada awak MenaraMu, Selasa (1/10) pagi.
Beberapa scene Rumah ini Butuh Tuhan mengisahkan ibu yang tidak bijak, selalu memanjakan anaknya, mendapati kedua putra dan putrinya terjerumus pergaulan bebas. Di lain pihak, mamak dari kedua putranya itu, berusaha menasehati keponakannya dengan gaya ala kadarnya saja.
“Di sini, dikisahkan seorang mamak yang seharusnya bertanggungjawab mengayomi keponakan, ternyata lebih menitikberatkan beban itu kepada ayah si anak. Jadi di sini terkesan ada peran yang tidak dijalankan seperti pepatah Minang, anak dipangku kamanakan dibimbiang,” ujar Marde yang telah menyelesaikan belasan film budaya itu.
Marde menjelaskan, film Rumah ini Butuh Tuhan yang digarapnya sejak beberapa bulan lalu, telah selesai proses syuting.
“Sekarang sedang memasuki tahapan pasca produksi. Karena ini film yang berkaitan dengan budaya, kita masih membuka diri bagi para pemangku kepentingan terutama unsur pemerintah untuk turut serta dalam tahapan penyelesaian film. Bisa jadi dalam bentuk dukungan maupun langsung ikut dalam prosesnya,” ujar Marde.
Tujuan film Rumah ini Butuh Tuhan, sambung Marde, diproduksi untuk menegaskan kembali bagaimana peran setiap unsur dalam sebuah keluarga.
“Baik tanggungjawab seorang ibu, maupun ayah dan mamak. Kita perlu terus menyikapi kondisi kekinian yang perlu disyiarkan dengan tontonan-tontonan menarik dan sarat pesan positif. Rumah ini Butuh Tuhan nanti akan mengisi ruang-ruang entertain masyarakat Minang. Semoga bermanfaat,” pungkas Marde. (*)