Scroll untuk baca artikel
Nasional

Sandiaga Uno Luncurkan Sistem Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak untuk Pariwisata

117
×

Sandiaga Uno Luncurkan Sistem Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak untuk Pariwisata

Sebarkan artikel ini
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno bersama dengan Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi/Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh, serta Kepala Biro Komunikasi, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani dan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati. Foto: Biro Komunikasi Kemenparekraf

JAKARTA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) sekaligus Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, resmi memulai program Sistem Informasi Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (IBF) di sektor pariwisata.

Program itu diluncurkan dalam acara “The Weekly Brief With Sandi Uno” yang berlangsung secara hybrid di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (19/8/2024).

Scroll ke bawah
Teruskan Membaca

Sandiaga menjelaskan bahwa Sistem IBF merupakan hasil kolaborasi antara Kemenparekraf dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Sebelumnya, kedua lembaga ini telah menjalin kerja sama melalui Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk memanfaatkan data cuaca yang akurat dalam sektor pariwisata.

Baca juga:   Mitigasi Gempa Megathrust, BNPB Perkuat Sistem Peringatan di 182 Desa

Tahun ini, kolaborasi tersebut diwujudkan melalui pembangunan Sistem IBF yang memberikan peringatan dini terkait dampak cuaca terhadap pengalaman berwisata.

“Sistem ini akan memudahkan wisatawan dalam mengatur jadwal liburan mereka dengan memperhatikan faktor cuaca,” ujar Sandiaga.

Labuan Bajo menjadi pilot project untuk program ini, seperti yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi/Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh.

Ia berharap sistem ini akan membantu memitigasi risiko bencana, terutama di daerah wisata berisiko tinggi seperti Labuan Bajo.

“Sensitivitas terhadap cuaca sangat penting untuk keselamatan dan kenyamanan pengunjung, sehingga mereka merasa aman dan terdorong untuk kembali berkunjung,” jelas Frans.

Baca juga:   Netty Aher: “PP 28/2024 Harus Direvisi!”

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menambahkan bahwa Sistem IBF tidak hanya memberikan informasi prakiraan cuaca seperti suhu udara, hujan, dan kecepatan angin, tetapi juga potensi dampak seperti kilat, puting beliung, longsor, dan banjir.

“Sistem ini juga akan memberikan panduan tentang tindakan yang harus diambil dalam situasi cuaca ekstrem, sehingga sangat membantu wisatawan dalam merencanakan kunjungan mereka ke destinasi wisata,” kata Dwikorita.

Sistem ini dilengkapi dengan ribuan titik pengamatan, puluhan radar, dan satu satelit, menjadikannya sangat akurat.

“Dengan demikian, wisatawan dapat mengoptimalkan kunjungan mereka ke destinasi wisata,” tambahnya.

Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, menyatakan, Biro Komunikasi Kemenparekraf berkomitmen untuk menyebarluaskan informasi terkait Sistem IBF melalui berbagai kanal media Kemenparekraf/Baparekraf, serta kepada para pemangku kepentingan di sektor pariwisata, baik internal maupun eksternal.

Baca juga:   KTT ABU: Media Diminta Fokus pada Aksi Iklim dan Pencegahan Bencana

“Kami juga akan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menggunakan sistem ini, terutama untuk penentuan waktu penyelenggaraan event dan ketangguhan destinasi,” ujar Dewi.(infopublik)

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

File not found.