Pesisir Selatan, kabupaten di Sumatera Barat yang terkenal dengan pesona wisata baharinya, bagaikan permata yang menyimpan duka di balik kilaunya. Di balik gemerlap destinasi Mandeh yang tersohor, terdapat luka mendalam yang menggerogoti generasi muda dan menggerus nilai-nilai agama.
Permasalahan narkoba bagaikan bom waktu yang siap meledak. Hampir setiap minggu, anak-anak muda terjaring razia, terjerumus dalam lingkaran setan pengedar dan pengguna. Mirisnya, generasi penerus bangsa ini menjadi korban. Narkoba bagaikan monster yang menelan masa depan mereka, merenggut mimpi dan harapan.
Penyakit masyarakat pun merajalela. Kafe-kafe menjamur di berbagai kecamatan dan nagari, menjadi sarang pergaulan bebas yang menyeret anak-anak muda dan bahkan tokoh masyarakat ke jurang kemaksiatan. Perselingkuhan aparat walinagari menjadi bukti nyata rusaknya moral di tengah masyarakat. Nilai-nilai luhur adat dan budaya seolah terkikis, digantikan oleh perilaku yang jauh dari norma dan agama.
Belum selesai masalah pergaulan, perundungan di sekolah kembali menjadi momok menakutkan. Siswa berseragam sekolah saling adu jotos, meninggalkan luka fisik dan mental bagi para korban. Tak lama kemudian, perkelahian perempuan di tepi pantai menambah daftar kelam Pesisir Selatan. Kekejaman dan kekerasan menyelimuti generasi muda, merenggut rasa aman dan kasih sayang.
Akar permasalahan ini terletak pada pudarnya nilai-nilai agama. Masjid-masjid yang megah tak sebanding dengan fungsinya. Saat waktu salat maghrib tiba, masjid justru tutup dan salat berjamaah tak dilaksanakan. Generasi muda kehilangan panutan dan tuntunan spiritual, terombang-ambing dalam arus modernitas tanpa filter agama.
Pemerintah pun seolah tak acuh terhadap kondisi ini. Kebijakan yang dikeluarkan tak menunjukkan keberpihakan pada nilai-nilai agama. Program-program pemerintahan Pesisir Selatan tak secuilpun menyinggung upaya pembinaan moral dan spiritual masyarakat. Kepemimpinan yang seharusnya menjadi pelindung malah terkesan lalai, membiarkan generasi muda terjerumus dalam jurang kemaksiatan.
Masa depan Pesisir Selatan di ambang jurang. Suksesi kepemimpinan di daerah ini harus menjadi momentum untuk menyelamatkan generasi muda dan mengembalikan nilai-nilai agama pada posisinya yang mulia. Visi dan misi pemimpin baru harus sarat dengan program pembinaan keagamaan, membendung laju kerusakan moral yang kian mengkhawatirkan.
Pesisir Selatan tak boleh hanya menjadi destinasi wisata yang memanjakan mata. Ia harus menjadi rumah bagi generasi muda yang berakhlak mulia, berpegang teguh pada nilai-nilai agama, dan siap membangun masa depan yang gemilang. Masa depan Pesisir Selatan terletak di tangan generasi mudanya. Dengan pembinaan moral dan spiritual yang kuat, mereka akan menjadi penerus bangsa yang tangguh dan berakhlak mulia, siap membawa Pesisir Selatan keluar dari keterpurukan dan menuju masa depan yang gemilang.
Selain itu, Di tengah tantangan yang semakin kompleks seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan kenakalan remaja di Pesisir Selatan, penting bagi calon pengambil kebijakan untuk tidak hanya berkomitmen secara retoris, tetapi juga memberikan solusi konkret yang dapat mengatasi masalah ini.
Nilai-nilai keagamaan memiliki potensi besar untuk menjadi fondasi dalam upaya pencegahan penyakit sosial tersebut. Ketika masyarakat kembali kepada nilai-nilai moral dan spiritual, hal itu dapat membentengi mereka dari godaan negatif yang merusak. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa implementasi nilai-nilai keagamaan ini memerlukan pendekatan yang lebih dari sekadar kuliah agama di sekolah atau penggalakan kampanye moral.
Pendidikan karakter sejak dini menjadi kunci utama. Calon pemimpin harus mengadvokasi sistem pendidikan yang tidak hanya mengajarkan materi akademis, tetapi juga membentuk karakter yang kuat dan menginternalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Inisiatif ini harus didukung oleh keluarga dan komunitas, sehingga membentuk lingkungan yang mendukung pertumbuhan moral dan spiritual anak-anak.
Selain itu, perlunya kebijakan yang proaktif dalam mengawasi dan menanggapi masalah sosial yang muncul. Kandidat yang diharapkan harus memiliki strategi yang jelas dalam menangani peredaran narkoba dan memperkuat pengawasan terhadap pergaulan bebas di lingkungan remaja. Kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, kepolisian, dan organisasi masyarakat sipil, juga diperlukan untuk menciptakan sinergi dalam menjaga keamanan dan ketertiban sosial.
Dalam menjawab tantangan ini, calon pemimpin perlu memastikan bahwa solusi yang diusungnya tidak hanya mengatasi gejala, tetapi juga mengubah paradigma masyarakat menuju nilai-nilai yang lebih baik. Dengan begitu, Pesisir Selatan dapat bergerak maju sebagai komunitas yang kokoh secara moral dan kuat dalam menghadapi segala bentuk tantangan masa depan.
Oleh: Dr. Murisal, M.Pd., (Bendahara PWM Sumbar)
Editor: Endrio Febrianda