JAKARTA – Pemerintah terus berupaya menjaga konsistensi perekonomian nasional dengan mengoptimalkan berbagai mesin pertumbuhan.
Selain hilirisasi, Pemerintah mengembangkan mesin pertumbuhan ekonomi baru seiring dengan tantangan perkembangan teknologi di masa mendatang, yakni melalui digitalisasi.
“Ekonomi digital Indonesia saat ini mencapai sebesar USD80 miliar dan diproyeksikan akan terus meningkat,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri Breakfast Meeting bersama Chairperson of Tsinghua University People’s Republic of China Prof. Qiu Yong dalam rilis di Jakarta Pusat, Sabtu lalu.
Mempertimbangkan potensi tersebut, Airlangga menekankan arti penting upaya dalam mendorong penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten sesuai dengan kebutuhan industri di masa mendatang.
“Jadi kalau kita bicara ekonomi digital, kita perlu punya SDM, karenanya kita perlu lebih banyak mahasiswa untuk diberi kesempatan belajar di Tsinghua, terutama dalam kondisi geopolitik dan tantangan Artificial Intelligence (AI) dan AI generatif saat ini. Saya rasa ini adalah saat yang tepat bahwa saat ini kita mempunyai fasilitas yang ada di Kura Kura Bali,” jelasnya.
Menko Perekonomian menambahkan, Indonesia juga tengah menargetkan untuk menjadi negara maju pada tahun 2045 mendatang.
Di saat itu, Indonesia diperkirakan akan memiliki sekitar 320 juta penduduk dengan pendapatan per kapita sekitar USD26.000, sehingga ekonomi Indonesia diperkirakan dapat mencapai sekitar USD9 Triliun.
“Untuk itu, dibutuhkan pusat pendidikan yang berkualitas terutama di bidang inovasi dan teknologi, salah satunya melalui Tsinghua University,” ujarnya.
Lebih lanjut, terkait dengan digitalisasi, Menko Airlangga juga menuturkan, saat ini terdapat kebutuhan komoditas digital seperti semikonduktor.
Dalam rangka mencukupi kebutuhan tersebut, perlu adanya SDM yang kompeten untuk melakukan desain microchip untuk mendorong kemampuan SDM semikonduktor.
Menko Airlangga juga menyampaikan harapan untuk dapat mengupayakan Tiongkok sebagai mitra Indonesia untuk komoditas dan sektor strategis lainnya seperti minyak, juga dukungan teknologi, AI, perubahan iklim, carbon capture and storage, hingga memitigasi ketergantungan pada impor energi dan bahan bakar fosil.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya yakni Mantan Menteri Perdagangan periode 2004-2011, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, serta Staf Khusus Menko Perekonomian Bidang Penguatan Kerja Sama Ekonomi Internasional. (kominfo)