PADANG – Tokoh Muhammadiyah Sumatera Barat, Ki Jal Atri Tanjung, menyampaikan narasi inspiratif tentang sosok pahlawan nasional yang terlupakan, RM. Panji Sosrokartono atau Kartono.
Panji Sosrokartono adalah kakak kandung RA. Kartini. Ia merupakan seorang cendekiawan, diplomat, dan jurnalis yang luar biasa, namun kisahnya jarang diceritakan.
“Banyak yang mengenal Kartini, tapi tahukah Anda tentang Kartono?” tanya Ki Jal Atri Tanjung mengawali ceritanya. “Kartono, seorang pribumi pertama yang menempuh pendidikan di luar negeri, di Belanda, pada tahun 1898,” jelasnya.
Kecintaannya pada ilmu pengetahuan mengantarkan Kartono menguasai 27 bahasa asing dan 10 bahasa nusantara. Intelektualitasnya memukau para dosennya di Belanda, dan ia pun dijuluki “De Mooie Sos” (Sos yang Tampan) oleh para perempuan Eropa.
“Beliau bukan hanya cerdas, tapi juga pemberani,” kata Ki Jal Atri Tanjung. “Sebagai wartawan Perang Dunia I, Kartono menerobos perundingan rahasia Jerman dan Perancis di dalam gerbong kereta api, dan menerbitkan beritanya di koran New York Herald.”
Kemampuan diplomasi Kartono pun tak perlu diragukan lagi. Ia menjadi penterjemah tunggal di Liga Bangsa Bangsa (sekarang PBB) pada tahun 1919, mengalahkan para poliglot Eropa dan Amerika.
Sepulang ke tanah air pada tahun 1925, Kartono diangkat sebagai kepala sekolah menengah di Bandung oleh Ki Hajar Dewantara. Beliau pun mendirikan “Klinik Darussalam” untuk membantu rakyat yang membutuhkan pengobatan.
“Kartono dikenal sebagai ‘Sang Alif’,” ungkap Ki Jal Atri Tanjung. “Beliau selalu menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan budi pekerti luhur, yang dilambangkan dengan huruf Alif.”
Soekarno muda sering berdiskusi dengan Kartono, dan Bung Hatta pun menyebutnya sebagai orang jenius. Bendera merah putih selalu berkibar di rumahnya, tanpa rasa takut terhadap penjajah.
“Namun, ironisnya, pahlawan nasional ini seolah terlupakan,” kata Ki Jal Atri Tanjung dengan nada prihatin. “PWI tidak pernah menyebut namanya, dan para guru pun seolah lupa akan jasanya.”
“Mari kita lestarikan kisah Kartono, Sang Alif,” ajak Ki Jal Atri Tanjung. “Beliau adalah teladan bagi kita semua, tentang kegigihan, kecerdasan, dan patriotisme.”
Ki Jal Atri Tanjung berharap dengan terungkapnya kisah Kartono, generasi muda Indonesia akan terinspirasi untuk terus belajar dan berkarya demi kemajuan bangsa.(EN)