Mentawai – Rudi, S.Pi,M.Si ditetapkan sebagai ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Mentawai periode 2022-2027. Kemudian Yusran Yunus, SH menjabat sebagai sekretaris, sementara bendahara dijabat Syukri Alham Yusalmen.
Penetapan Rudi sebagai ketua setelah melalui rapat pleno 11 orang Pimpinan Daerah Muhammadiyah terpilih dalam Musyda terpadu ke-4 PDM dan PDA Mentawai di Aula Kantor Bupati, Sabtu (17/6/2023).
Di sisi lain, berdasarkan hasil rapat pleno formatur 9 Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Mentawai terpilih, forum sepakat menunjuk Munarti,S.Ap sebagai ketua PDA. Sementara sekretarisnya, Litakesmala Arraiyati, S.Pd.Sp.
Jalannya sidang pemilihan dan rapat pleno formatur disaksikan wakil ketua PWM Sumbar, Drs. Marhadi Efendi. Kemudian Ketua MDMC Sumbar, Portito, serta diikuti oleh seluruh peserta.
Dalam pidatonya, Ketua PDA Terpilih Munarti,S.Ap mengharapkan, seluruh pimpinan dan anggota ‘Aisyiyah bisa bekerja ekstra menggeliatkan dakwah Muhammadiyah. Jalannya organisasi tidak hanya berada di tangan Ketua melainkan pimpinan lain dan dukungan anggota.
“Mayoritas ibu-ibu ‘Aisyiyah bekerja di pemerintah daerah Mentawai. Tentu butuh pengorbanan waktu untuk memajukan ‘Aisyiyah. Kami juga mengharapkan dukungan penuh berbagai hal dari PWA Sumbar, terutama soal informasi karena Mentawai cukup jauh,” pintanya.
Ketua PDM Terpilih, Rudi mengatakan, walau terbilang baru, namun dirinya siap menjalankan estafet kepemimpinan di Muhammadiyah Mentawai yang cukup penuh tantangan.
“Kepada semua pimpinan terpilih, mari saling bahu membahu. Kami juga sangat mengharapkan, PWM memberikan perhatian terhadap Mentawai. Semoga semakin banyak program yang bisa disinergikan ke depannya,” sebut Rudi.
Mewakili PWM, Ketua LRB-MDMC Sumbar, Portito menegaskan, PWM Sumbar tidak akan berlepas tangan dengan PDM dan PDA Mentawai. Apalagi masih banyak yang terbilang baru dalam struktur kepemimpinan.
Portito juga menekankan sikap kepemimpinan. Setidaknya, kata dia, ada tiga tugas pemimpin yang harus dipahami, maangguak, manggeleng, dan mahariak. Pimpinan harus mampu menggerakkan semua SDM dan potensi yang ada.
“Mengurus Muhammadiyah menurut Buya Syafi’i adalah pertama melelahkan tetapi menyenangkan. Kemudian, yang perlu menjadi pegangan, tidak ada yang miskin mengurus Muhammadiyah,” terangnya.
Pasca terpillih, semua pimpinan daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah yang wajib mengikuti Baitul Arqom pimpinan. Baitul Arqom untuk memperkuat pemahaman soal Kemuhammadiyahan.(Hafiz)