MUHAMMADIYAH Sumatera Barat kini dipimpin Bakhtiar, doktor muda nan enerjik. Beliau didampingi tokoh senior Apris Yaman. Ada banyak tenaga penuh semangat, bergabung bersama Bakhtiar di kepemimpinan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) pada periode ini.
Slogan yang diusung adalah percepatan. Gerak Muhammadiyah di semua lini dikebut. Banyak yang kaget, karena lebih dua tahun, semua jajaran Muhammadiyah di ranah ini nyaris tak bisa berbuat apa-apa, karena pemerintah membatasi gerak masyarakat, dalam rangka mengantisipasi penularan Virus Corona penyebab penyakit Covid-19.
Ini adalah harapan baru. Kiprah Muhammadiyah Sumbar diharap kembali bangkit. Tanda-tanda ke arah itu memang sudah terlihat. Dinamika dakwah, pengembangan organisasi, dan pembangunan keumatan diharap bisa dimainkan lagi, sebagaimana telah dilakukan tokoh-tokoh Muhammadiyah pada masa lalu.
Muhammadiyah di Sumbar beserta organisasi otonomnya: Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Nasyiyatul Aisyiyah (NA), dan Pandu Hizbul Wathan, harus bergerak seirama dengan organisasi induk.
Kemajuan masyarakat Sumbar di masa mendatang, akan bisa diraih melalui adonan yang baik dari Muhammadiyah.
Beberapa bulan belakangan, penataan sistem organisasi terlihat begitu cepat. Pimpinan majlis, lembaga, dan badan pembantu pimpinan lainnya, sudah tersusun rapi dan diangkat melalui Surat Keputusan (SK). Beberapa majlis malah telah melaju, merealisasikan program kerja yang ditetapkan pada arena musyawarah wilayah.
Di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), sebuah amal usaha besar, berhasil dilakukan penyegaran, dalam rangka menyusun strategi, seiring dengan telah terbentuknya Badan Penyelenggara Harian (BPH), sebagai perpanjangan tangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui PWM Sumbar.
Sementara di sektor pendidikan lainnya, selain terus menata lembaga pendidikan yang telah ada, proses percepatan juga dilakukan di bidang pengembangan pondok pesantren. Tiga pesantren Muhammadiyah; satu di Limapuluh Kota, satu di Agam, dan satu di Padang Panjang Basko, kini sedang jadi ‘fokus lensa’ percepatan pengembangannya.
“Kita bertekad menghadirkan, minimal satu pondok pesantren unggulan di satu daerah. Setelah selesai menata yang tiga itu, kini kita akan kembangkan yang lainnya, khususnya di Lima Kaum, Solok, dan Pesisir Selatan,” sebut Bakhtiar, dalam suatu kesempatan.
Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) juga sudah berdiri, kendati periode kepemimpinannya belum genap setahun. Tahap awal, BUMM itu bergerak di bidang percetakan dan biro perjalanan, termasuk urusan ibadah umrah.
Keterbukaan informasi publik juga terus didorong. Semua elemen Muhammadiyah di Sumbar diharap bisa memanfaatkan website resmi www.pwmsumbar.or.id untuk menyebarluaskan informasi kegiatan persyarikatan kepada anggota, simpatisan, umat, dan semua pihak yang butuh informasi tentang sepak terjang Muhammadiyah di Tanah Minangkabau ini.
Adalah benar. Kinilah saatnya pimpinan dan anggota Muhammadiyah menyatukan langkah, menyamakan tekad, dan merapatkan barisan dalam memajukan persyarikatan beserta amal usahanya.(musriadi musanif)