Scroll untuk baca artikel
Opini

Dampak Penerapan Full Day School dan Kelelahan Belajar Anak

139
×

Dampak Penerapan Full Day School dan Kelelahan Belajar Anak

Sebarkan artikel ini

Oleh: Bima Putra, S.Pd, M.Pd (Guru Honorer SDN 25 Lubuk Aluang)

Pendidikan merupakan fondasi penting dalam membentuk karakter, kepribadian, serta kemampuan kognitif dan keterampilan siswa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan, termasuk sistem full day school.

Scroll ke bawah
Teruskan Membaca

Full day school adalah sistem pembelajaran yang berlangsung sepanjang hari di sekolah, dari pagi hingga sore. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus menanamkan nilai-nilai karakter dan religius melalui integrasi kurikulum dan aktivitas siswa.

Di Kabupaten Padang Pariaman, sistem ini mulai diterapkan dari jenjang TK/PAUD, SD hingga SMP. Meskipun memiliki tujuan mulia, implementasinya menuai pro dan kontra, terutama di daerah pedesaan.

Tantangan Penerapan di Pedesaan

Sebagai guru honorer di SDN 25 Lubuk Alung, saya melihat langsung realita ekonomi siswa dan keluarganya. Banyak orang tua hanya mampu memberi uang saku Rp3.000 hingga Rp5.000 per hari. Sementara itu, siswa juga masih dibutuhkan untuk membantu pekerjaan rumah tangga seperti ke sawah atau merumput. Kondisi ini tentu menyulitkan bila anak-anak harus menghabiskan waktu di sekolah hingga sore hari.

Jika tidak ditangani bijak, sistem full day school justru bisa menambah beban ekonomi keluarga dan meningkatkan risiko kelelahan pada siswa, baik fisik, mental, maupun emosional.

Baca juga:   Sertifikasi Tanah Ulayat Mengancam Kelestarian Pusaka Tinggi

Dampak Positif Full Day School

Namun di sisi lain, penerapan full day school memiliki nilai positif, terutama dalam mendukung pembentukan karakter siswa. Kegiatan seperti Pramuka, kajian keagamaan, PMR, seni budaya, hingga olahraga dapat mengembangkan kreativitas, kedisiplinan, dan wawasan siswa di bidang ilmu pengetahuan dan keimanan (IPTEK dan IMTAQ).

Di sekolah swasta dan pesantren, konsep ini telah lama dijalankan. Banyak orang tua bahkan lebih memilih sekolah dengan sistem ini untuk menjaga anak-anak dari pengaruh negatif lingkungan seperti pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

Aspek Sosiologis dan Dampak Negatif

Namun secara sosiologis, sistem ini dapat mengurangi waktu interaksi anak dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Anak-anak lebih banyak berada di sekolah daripada di rumah, yang berpotensi menimbulkan keterasingan dengan lingkungan sosialnya. Mereka pulang dalam keadaan lelah, bahkan tak sedikit yang langsung tidur setibanya di rumah karena keletihan.

Selain itu, model pembelajaran yang monoton, seperti ceramah berjam-jam tanpa variasi metode, justru membuat siswa jenuh dan kehilangan minat belajar. Ditambah lagi, larangan menjual LKS di sekolah membuat proses belajar mengajar kurang maksimal, karena guru kehilangan media bantu ajar yang efektif.

Baca juga:   Ahmad Aidit Mantan Santri Cerdas yang Tersesat

Gejala Burnout pada Siswa

Kelelahan berkepanjangan (burnout) menjadi kekhawatiran utama. Burnout dapat meliputi:

• Kelelahan emosional: siswa merasa frustasi, kehilangan semangat belajar, dan mudah tersinggung.

• Kelelahan fisik: siswa mudah lelah, bahkan sakit, karena kurang asupan gizi atau tidak sempat makan siang dengan baik.

• Kelelahan kognitif: siswa sulit konsentrasi, mudah lupa, dan menumpuk stres akibat beban belajar yang tinggi.

• Kehilangan motivasi: siswa kehilangan idealisme, enggan belajar, dan tidak antusias mengikuti kegiatan sekolah.

Saran dan Rekomendasi

Berikut beberapa usulan kami sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlangsungan pendidikan di Kabupaten Padang Pariaman:

1. Untuk Sekolah

• Tingkatkan kualitas sistem pembelajaran yang kondusif.

• Tambah kegiatan positif untuk mendukung pembentukan karakter.

• Rawat dan optimalkan sarana-prasarana sekolah.

2. Untuk Kepala Sekolah

• Sosialisasikan sistem full day school secara menyeluruh kepada siswa dan orang tua.

• Jaga kenyamanan siswa dan bangun komunikasi yang baik dengan orang tua.

Baca juga:   Dakwah itu Mengajak Bukan Menghakimi

• Evaluasi rutin seluruh program kegiatan sekolah.

3. Untuk Guru

• Tingkatkan kualitas pembelajaran agar lebih menyenangkan.

• Jadilah teladan dalam membentuk karakter religius siswa.

• Awasi dan arahkan seluruh kegiatan sekolah secara aktif.

4. Untuk Siswa

• Lebih aktif dan mandiri dalam belajar.

• Tingkatkan interaksi sosial, empati, dan kedisiplinan.

• Lakukan ibadah dan kebiasaan baik secara konsisten, termasuk shalat lima waktu dan amalan sunah.

5. Untuk Orang Tua

• Pantau perkembangan belajar anak.

• Dukung seluruh program sekolah.

• Arahkan anak berperilaku religius dan jaga pergaulan anak di luar sekolah.

• Berikan masukan (feedback) kepada sekolah secara berkala.

Penutup

Kebijakan full day school hendaknya disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Jangan sampai niat baik dalam mencerdaskan kehidupan bangsa justru menimbulkan masalah baru yang memberatkan masyarakat.

Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ

“Menghilangkan kemudharatan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan.”

Wassalam,

Hormat Kami,

Bima Putra, S.Pd, M.Pd

Guru Honorer SDN 25 Lubuk Aluang

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *