Oleh: Endrio Febrianda
RAMADHAN bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum pembinaan diri. Ibarat sekolah kehidupan, Ramadhan melatih kita untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih disiplin, dan lebih peduli terhadap sesama.
Jika ibadah puasa hanya dipandang sebagai ritual menahan lapar dan dahaga, maka esensi pembentukan karakter yang ditawarkan Ramadhan bisa terlewatkan begitu saja.
Dalam Islam, ada tiga tingkatan kualitas keimanan manusia yakni Islam, Iman, dan Ihsan. Islam adalah dimensi lahiriah yang mencakup rukun Islam seperti syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
Iman adalah keyakinan hati yang meliputi enam rukun iman. Sedangkan ihsan adalah tingkatan tertinggi, di mana seseorang beribadah seolah-olah melihat Allah, dan jika tidak bisa melihat-Nya, ia yakin bahwa Allah melihatnya.
Ramadhan hadir sebagai madrasah ruhani yang mengkader manusia menuju ihsan. Melalui puasa, kita dilatih untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan pahala, seperti amarah, ghibah, dan sikap egois.
Melalui shalat tarawih dan tilawah Al-Qur’an, kita memperkuat hubungan dengan Allah. Sedangkan melalui zakat dan sedekah, kita menumbuhkan empati dan kepedulian sosial.
Namun, apakah pembinaan diri ini hanya berlaku selama Ramadhan? Tantangan sesungguhnya justru datang setelah Ramadhan berlalu. Apakah kebiasaan baik yang telah kita bangun dapat terus dipertahankan? Ataukah kita kembali ke kebiasaan lama begitu Idul Fitri tiba?
Di sinilah pentingnya menjadikan Ramadhan sebagai awal perubahan, bukan sekadar bulan penuh ritual. Ihsan bukan sekadar kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial yang tercermin dalam kejujuran, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama.
Jika kita benar-benar menginternalisasi nilai-nilai Ramadhan, seharusnya kita menjadi pribadi yang lebih berintegritas di lingkungan kerja, lebih bertanggung jawab dalam keluarga, dan lebih aktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Ramadhan adalah bulan pelatihan, dan Idul Fitri adalah ujian kelulusan. Apakah kita lulus sebagai manusia yang ihsan? Jawabannya ada dalam tindakan kita setelah Ramadhan berlalu.