MEDAN, MENARAMU.ID – Senja mulai turun ketika rombongan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat perlahan meninggalkan Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) di Padang. Tepat pada 18 Januari 2024, perjalanan panjang menuju Kota Medan, Sumatera Utara, dimulai.
Sebuah perjalanan yang bukan hanya menempuh jarak, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan diskusi tentang masa depan persyarikatan Muhammadiyah.
Sebuah mobil yang ditumpangi rombongan meluncur melewati jalan berkelok, menembus batas-batas provinsi yang memisahkan Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Suara raungan mesin kendaraan seperti bersahut-sahutan, menyibak rimbunnya hutan belantara yang menjadi saksi bisu perjalanan ini. Di dalam kendaraan, cerita-cerita menarik pun tercipta, mewarnai setiap detik perjalanan.
Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin. Para pimpinan PWM Sumbar, yang tergabung dalam Regional 1 bersama PWM Aceh, Riau, dan Jambi, tengah dalam misi besar.
Mereka menuju Medan untuk menghadiri acara Ideopolitor yang diinisiasi oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Acara ini dirancang untuk memperkuat ideologi, politik, dan organisasi Muhammadiyah di tingkat wilayah.
Sejak dari GDM, semangat dan antusiasme sudah terasa. Di dalam kendaraan, tawa dan canda menjadi penghilang rasa lelah. Namun, di sela-sela itu, obrolan serius tentang Muhammadiyah di Sumatera Barat kerap mencuat.
Bagaimana mempertahankan eksistensi persyarikatan di tengah tantangan zaman? Bagaimana membangun generasi muda Muhammadiyah yang tangguh? Pertanyaan-pertanyaan besar ini menjadi bahan diskusi yang menarik sepanjang perjalanan.
“Persyarikatan ini punya potensi besar untuk berkembang. Namun, tantangan zaman memaksa kita untuk berpikir lebih strategis,” ujar Apris Sekretaris PWM Sumbar. Suaranya tegas, seolah menyiratkan tanggung jawab besar yang diemban.
Malam itu, perjalanan terasa syahdu. Langit Sumatera yang bertabur bintang menemani rombongan. Kendaraan melaju di jalan-jalan sunyi, melintasi desa-desa kecil yang hanya diterangi lampu seadanya. Di tengah gelapnya malam, hutan belantara menjadi latar belakang yang memukau sekaligus misterius.
Ketika pagi menjelang, rombongan tiba di kawasan Danau Toba. Keindahan alam yang memukau seolah menjadi hadiah atas perjalanan panjang mereka. Air danau yang tenang dan pegunungan yang mengelilinginya menghadirkan kedamaian.
Rombongan pun memanfaatkan momen ini untuk sejenak meregangkan otot dan menikmati suasana.
“Ini salah satu kekayaan negeri yang harus kita syukuri,” ujar Bakhtiar Ketua PWM sambil memandangi Danau Toba.
Setelah menikmati sejenak keindahan Danau Toba, perjalanan dilanjutkan menuju Medan. Semangat semakin menggelora. Mereka sadar bahwa acara Ideopolitor bukan hanya sekadar acara biasa, tetapi momen penting untuk merumuskan strategi besar Muhammadiyah di masa depan.
Di perjalanan, diskusi kembali menghangat. Para pimpinan PWM Sumbar saling berbagi ide dan gagasan. Topik-topik seperti pemberdayaan ekonomi umat, penguatan ideologi, hingga pengembangan cabang-cabang Muhammadiyah di daerah terpencil menjadi sorotan utama.
“Kita harus membawa semangat baru dari acara ini. Jangan hanya hadir, tetapi juga pulang dengan gagasan yang bisa langsung diterapkan,” tegas salah seorang peserta.
Perjalanan ini bukan hanya tentang menempuh jarak ratusan kilometer. Di setiap kilometer yang dilalui, ada cerita, canda, dan refleksi. Ada semangat untuk membawa Muhammadiyah Sumatera Barat melangkah lebih jauh.
Ketika akhirnya rombongan tiba di Medan, mereka disambut dengan hangat oleh tuan rumah.
Dengan penuh antusiasme, mereka siap mengikuti rangkaian acara Ideopolitor dan membawa pulang inspirasi baru untuk persyarikatan.
Di balik perjalanan ini, terselip sebuah harapan besar, bahwa Muhammadiyah terus menjadi cahaya yang menerangi, tidak hanya untuk Sumatera Barat tetapi juga untuk seluruh Indonesia. Sebuah perjalanan yang mungkin sederhana, namun memiliki makna yang mendalam bagi masa depan umat.