Sijunjung – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Republik Indonesia, Fajar Riza Ulhaq, menghadiri peringatan Milad ke-112 Muhammadiyah tingkat daerah yang digelar di Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sabtu (14/12/2024).
Acara ini memiliki makna istimewa karena Sumpur Kudus merupakan kampung halaman Buya Syafii Ma’arif, tokoh besar Muhammadiyah asal Sumatera Barat.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat, Bakhtiar, Ketua MDMC PWM Sumbar, Portito, Bupati Sijunjung Benny Dwifa, perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, serta Direktur Dikdasmen.
Dalam sambutannya, Wamen Fajar Riza Ulhaq mengapresiasi perkembangan Muhammadiyah di Kabupaten Sijunjung. Ia menilai hal ini sebagai bukti kemajuan yang perlu terus didorong.
“Saya hadir untuk memotivasi anak-anak sekolah dan generasi muda di sini. Adik-adik di Sumpur Kudus memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan cita-cita dan dakwah seperti yang dilakukan Buya Syafii Ma’arif,” ungkapnya.
Fajar mengingatkan pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anak.
“Tanah Minang telah melahirkan banyak tokoh besar. Anak-anak Sumpur Kudus pun memiliki hak yang sama untuk menjadi orang besar. Pendidikan adalah kunci memastikan masa depan mereka,” tegasnya.
Ia menambahkan, pemerintah akan terus memberikan solusi, termasuk melalui program beasiswa seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), untuk mendukung pendidikan di daerah-daerah terpencil.
“Semangat merantau orang Minang harus dimanfaatkan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Kami mendorong orang tua dan guru untuk mendukung anak-anaknya melanjutkan pendidikan,” ujar Fajar.
Fajar juga menyoroti peran Muhammadiyah dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan merangkul semua lapisan masyarakat. Ia mencontohkan kiprah Muhammadiyah di daerah mayoritas non-Muslim seperti Kupang, yang tetap memberikan manfaat melalui pendidikan.
“Dakwah Muhammadiyah itu merangkul, bukan memukul, seperti pesan Buya Syafii Ma’arif. Sekolah Muhammadiyah harus menjadi alat pemerataan, bukan melanggengkan ketimpangan,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Wamen Fajar juga memaparkan sejumlah kebijakan pemerintah untuk mendukung guru dan pendidikan. Di antaranya adalah, guru PPPK tetap bisa mengajar di sekolah swasta. Guru yang diangkat menjadi PPPK tetap bisa mengajar di sekolah asalnya, sehingga sekolah swasta tidak kekurangan tenaga pendidik.
Kedua, pengelolaan waktu mengajar guru diharapkan menghabiskan waktu 24 jam per minggu, tidak hanya dalam bentuk tatap muka, tetapi juga melalui kegiatan di sekolah atau organisasi masyarakat.
Ketiga penyederhanaan laporan bagi guru ASN, laporan kinerja guru ASN yang sebelumnya dibuat dua kali setahun kini hanya sekali, sehingga guru bisa lebih fokus mendidik siswa.
Dan yang terakhir, tunjangan guru Non-ASN, Guru non-ASN yang telah bersertifikat akan mendapatkan tunjangan profesi, mulai dari Rp500 ribu hingga Rp2 juta.
Pemerintah juga memberikan bantuan bagi guru non-ASN yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan D4 atau S1 untuk melanjutkan studinya.
Ketua PWM Sumatera Barat, Bakhtiar, menyatakan rasa syukurnya atas kemajuan Muhammadiyah di Sumpur Kudus. Ia berharap momentum milad ke-112 ini dapat semakin membangkitkan semangat Muhammadiyah di daerah tersebut.
“Muhammadiyah di Sumpur Kudus semakin berkembang. Kami berharap semangat ini terus terjaga, dan Muhammadiyah dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Sumpur Kudus, sebagai kampung halaman Buya Syafii Ma’arif, dinilai memiliki potensi besar untuk melahirkan tokoh-tokoh inspiratif yang dapat membawa perubahan bagi bangsa. Dengan dukungan pemerintah dan Muhammadiyah, pendidikan di daerah ini diharapkan semakin maju dan inklusif.