Padang – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Republik Indonesia, Fajar Riza Ulhaq, menyoroti fenomena demografi yang tengah terjadi di Indonesia.
Ia menyebutkan bahwa penurunan angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu isu yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama karena dampaknya terhadap sektor pendidikan.
“Penurunan angka kelahiran ini disebabkan oleh perubahan paradigma di masyarakat urban, khususnya generasi Milenial dan Generasi Z, yang cenderung menunda pernikahan,” ujar Fajar dalam sambutannya di acara pembukaan Pendidikan Khusus Kepala Sekolah/Madrasah (Diksuspala) Muhammadiyah se-Sumatera Barat pada Kamis (12/12/2024). Acara tersebut berlangsung di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sumatera Barat.
Menurut Fajar, banyak generasi muda di Indonesia yang menganggap pernikahan sebagai beban berat. Hal ini dipengaruhi oleh semakin tingginya biaya hidup, terutama di kota-kota besar.
Dampaknya, banyak yang memilih untuk fokus pada karier atau pendidikan sebelum memutuskan untuk menikah, yang pada gilirannya memengaruhi tingkat kelahiran.
“Tantangan ekonomi saat ini menjadi salah satu faktor utama. Biaya pendidikan, perumahan, dan kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat membuat generasi muda berpikir ulang sebelum memutuskan untuk membangun keluarga,” tambahnya.
Fenomena ini tidak hanya memengaruhi struktur keluarga tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap dunia pendidikan.
Fajar mengungkapkan bahwa banyak sekolah, khususnya di daerah-daerah, kini mengalami kekurangan murid. Hal ini disebabkan oleh jumlah anak-anak yang semakin berkurang akibat penurunan angka kelahiran.
“Kita harus bersiap menghadapi tantangan ini. Penurunan jumlah murid di sekolah-sekolah adalah sinyal bahwa kita perlu melakukan inovasi dalam sistem pendidikan kita,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa fenomena ini harus menjadi perhatian bersama, tidak hanya di tingkat pemerintah tetapi juga masyarakat luas, termasuk institusi pendidikan seperti Muhammadiyah.
Dalam forum tersebut, Fajar mengusulkan beberapa langkah strategis untuk mengatasi masalah ini. Di antaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan, inovasi dalam kurikulum, serta kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat.
“Kita perlu menciptakan kebijakan yang tidak hanya fokus pada jumlah murid tetapi juga pada kualitas pendidikan itu sendiri. Dengan demikian, meskipun jumlah siswa berkurang, mutu pendidikan tetap terjaga,” ujarnya.
Acara Diksuspala Muhammadiyah se-Sumatera Barat ini dihadiri oleh ratusan kepala sekolah dan madrasah dari berbagai wilayah. Selain arahan dari Wakil Menteri, acara ini juga menjadi ajang diskusi untuk mencari solusi terhadap berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini.
Penurunan angka kelahiran sebenarnya bukan hanya masalah di Indonesia. Banyak negara lain, terutama di Asia dan Eropa, juga mengalami fenomena serupa. Negara-negara tersebut menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas demografi sekaligus memastikan keberlanjutan sektor-sektor penting seperti pendidikan dan ekonomi.
Fajar berharap bahwa masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, dapat lebih memahami pentingnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kontribusi sosial.
“Kita semua harus berperan aktif untuk memastikan masa depan bangsa tetap cerah,” pungkasnya.