Turki – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki sukses menyelenggarakan Baitul Arqam di Yedi Hilal, Istanbul, pada Jumat hingga Sabtu, 14-15 Desember 2024. Acara ini menjadi ajang refleksi, penguatan, dan pengembangan kader Muhammadiyah yang tersebar di berbagai belahan dunia, khususnya di Turki, negeri dua benua.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber yang kompeten untuk memberikan bekal pengetahuan dan wawasan kepada para kader. Salah satu sesi utama diisi oleh Erik Taufani Somae, SHI, MHI, yang membuka diskusi dengan ulasan mendalam tentang Manhaj Tarjih.
Erik, yang pernah berziarah ke tanah kelahiran tokoh besar Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif di Sumpur Kudus, menjelaskan bahwa Manhaj Tarjih merupakan cara Muhammadiyah merespons persoalan sosial dan agama secara sistematis, tanpa terikat pada mazhab tertentu.
“Muhammadiyah adalah organisasi yang mengintegrasikan nilai universal agama dengan pendekatan rasional, terbuka, dan peduli terhadap keberagaman,” tutur Erik. Ia menegaskan bahwa konsep ini relevan dalam konteks global, karena mengedepankan toleransi dan adaptasi tanpa melupakan nilai-nilai syariat.
Pada sesi berikutnya, Tim Instruktur Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) membahas kisah inspiratif K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Para pemateri menekankan pentingnya kecerdasan intelektual yang diimbangi dengan nilai moral dan kepemimpinan.
“Apapun profesimu kelak – apakah dokter, insinyur, atau pengajar – pastikan dirimu kembali dan berkontribusi untuk Muhammadiyah,” kata salah satu pemateri, mengutip pesan K.H. Ahmad Dahlan. Pesan tersebut menjadi pengingat bagi para kader diaspora untuk tetap menjadikan Muhammadiyah sebagai rumah perjuangan mereka.
Dalam sesi lainnya, Irfan Islami, MM, memandu diskusi terkait tantangan kaderisasi Muhammadiyah di luar negeri. Ia menjelaskan bahwa kader Muhammadiyah di diaspora harus mampu menjadi duta yang tidak hanya memahami agama secara mendalam, tetapi juga dapat beradaptasi dengan budaya setempat sambil tetap membawa misi dakwah.
“Kader Muhammadiyah di luar negeri harus menjadi jembatan antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam yang universal,” ujar Irfan. Ia juga menyoroti pentingnya strategi agar para kader tetap terhubung dengan Muhammadiyah ketika kembali ke tanah air.
Acara Baitul Arqam 2024 ditutup dengan suasana syahdu. Pembacaan Surah Al-Ma’un mengawali sesi penutupan yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua PCIA Turki, Azza. Dalam sambutannya, Azza memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam kesuksesan acara ini.
“Semoga semangat ke-Muhammadiyahan terus menyala di manapun kita berada,” ungkap Azza penuh harap.
Penutupan juga diwarnai pembacaan ikrar yang dipimpin oleh Nanda Kurniawan, simbolisasi penyerahan amanah kepada para kader terbaik, serta pesan untuk terus menjaga komitmen perjuangan Muhammadiyah.
Baitul Arqam 2024 bukan sekadar agenda tahunan, melainkan sebuah momentum penting untuk merefleksikan makna perjuangan dan mempersiapkan generasi penerus Muhammadiyah di tanah rantau. Dengan semangat ini, para peserta pulang membawa tekad besar melanjutkan estafet perjuangan, baik di tanah rantau maupun di tanah air.
(Kontributor: Adpi Gunawan).