Sumatera Barat – Insiden penembakan sesama anggota polisi di kantor Polrel Solok Selatan pada Jumat, 22 November 2024, menggemparkan publik.
Kejadian ini tidak hanya mencoreng citra institusi kepolisian, tetapi juga memicu pertanyaan besar terkait dugaan keterlibatan aparat dalam aktivitas galian C ilegal di wilayah tersebut.
Kasus ini mendapat perhatian serius dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sumatera Barat.
Ketua DPD IMM Sumatera Barat, Hanafi, menyebutkan bahwa insiden ini sangat memprihatinkan, terutama karena terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi simbol keamanan dan keadilan.
“Sesama polisi melepaskan tembakan di kantor polisi, tempat yang selama ini kita percaya bisa memberikan perlindungan dan rasa aman. Kejadian ini jelas meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian,” ujar Hanafi, Senin (25/11/2024).
Lebih lanjut, Hanafi menyoroti dugaan bahwa insiden tersebut terkait dengan penyelidikan galian C ilegal. Menurut laporan yang beredar, korban penembakan diduga tengah menyelidiki aktivitas galian C ilegal di wilayah tersebut.
“Jika benar korban tengah menanganj tambang ilegal, hal ini mengindikasikan adanya dugaan keterlibatan oknum kepolisian dalam membekingi aktivitas tersebut. Galian C ilegal adalah kegiatan yang sangat mencolok, tidak mungkin aparat tidak mengetahuinya,” tegas Hanafi.
Solok Selatan memang dikenal sebagai daerah yang rawan aktivitas tambang dan galian C ilegal. Data dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi menunjukkan bahwa sejak 2020, wilayah ini telah kehilangan tutupan hutan seluas 4.795 hektare akibat penambangan liar.
Kehancuran lingkungan ini tidak hanya merugikan ekosistem tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Kasus ini semakin menguatkan asumsi masyarakat bahwa tambang dan galian C ilegal berlangsung dengan perlindungan oknum tertentu. Kami mendesak pimpinan Polri untuk menindak tegas oknum yang terlibat,” tambah Hanafi.
Dalam video yang beredar, terduga pelaku terlihat berjalan santai dan bahkan merokok saat berada di Mapolda Sumatera Barat. Sikap ini menimbulkan tanda tanya besar terkait keseriusan penanganan kasus oleh pihak berwenang.
IMM Sumatera Barat mendesak Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk turun langsung menangani kasus ini. Mereka meminta agar penembakan ini tidak hanya dilihat sebagai kasus internal kepolisian, tetapi juga dikaitkan dengan isu tambang ilegal yang lebih besar.
“Kapolri harus memberikan perhatian khusus terhadap dua isu ini. Penembakan sesama polisi adalah masalah serius, tetapi lebih dari itu, galian C ilegal juga perlu diberantas karena dampaknya yang luas,” ujar Hanafi.
IMM berharap kasus ini dapat menjadi momentum bagi institusi Polri untuk memperbaiki citranya dan menindak tegas semua pihak yang terlibat, baik dalam penembakan maupun dalam aktivitas tambang ilegal.
“Kami ingin melihat tindakan nyata dari pimpinan Polri. Jangan sampai kasus ini hanya berakhir sebagai berita sesaat tanpa ada perubahan signifikan,” tutup Hanafi.