Limapuluh Kota, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al Kautsar Muhammadiyah Sarilamak Harau Kabupaten Limapuluh Kota hadiri workshop di Mesjid Ar Fachruddin Pondok Pesantren Modern MBS Yogyakarta dengan tema ”Membangun Karakater Pesantren Muhammadiyah”. Rabu, 20 November 2024.
Dalam kesempatan itu, narasumber Dr. KH. Anang Rizka Masyhadi, M.A., Ph.D pimpinan Pondok Modern Tazakka Batang Jawa Tengah mengatakan bahwa, setiap pesantren harus dapat menentukan apa-apa saja yang tidak boleh berubah di pesantren dan apa saja yang harus di rubah. Kemudian, karakter pesantren biasanya mengikuti karakter pemimpinnya. Nilai-nilai pesantren harus ditetapkan dengan jelas dan tidak boleh berubah. Kemudian kyai dan para santri harus dekat.
“Setiap pesantren harus dapat menentukan apa saja yang tidak boleh berubah dan apa saja yang tidak boleh dirubah di pesantren. Kemudian, karakter pesantren dapat terlihat dari bagaimana karakter pemimpinnya,” katanya .
Yang memiliki dan menanam nilai-nilai pesantren harus ditetapkan dengan jelas dan tidak boleh dirubah begitu saja. Tidak hanya itu, di pesantren para kyai, ustadz/ustadzahnya juga harus menjalin kedekatan dengan para santrinya.
Kemudian, ada 7 hal yang harus dibangun di pesantren pertama kelembagaan, pendidikan dan pengajaran, kepengasuhan, kaderisasi, pengembangan sarpras, pendanaan dan kesejahteraan.
Itu semua harus ada disusun disebuah pesantren demi kemajuan pesantren.selain itu, bahwa di dalam nilai-nilai kepesantrenan terdapat nilai keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah dan kemajuan atau modernitas.
Sedangkan narasumber Dr. H. Ahmad Suharto, MA mengatakan, karakter pesantren itu sendiri tidak lepas dari akar nasab pendiri pesantren itu. “Memiliki tajdid Islam di Indonesia yang dipelopori oleh ulama-ulama Sumatera Barat. Di mana pendidikan karakternya sangat kental dengan pendiri pesantren itu,” katanya.
Kemudian pembentukan karakter pesantren harus totalitas, 24 jam dan berbasis keteladanan.
Melahirkan santri ibarat bibit unggul yang belum ditanam.
Maka pesantrenlah tempat penanaman bibit unggul tersebut sedangkan ustadz/ustadzahnya ibarat petani.
Kemudian kunci dari pembangunan karakter itu sendiri adalah kedisiplinan. Karena kunci disiplin adalah keteladanan dan kunci keteladanan adalah istikamah.
“Karakter pesantren sendiri tidak terlepas dari akar nasab pendiri pesantren itu,”katanya.
Yang memiliki pembaharuan, yang dipelopori oleh para ulama-ulama besar Sumatera Barat.
Tentunya pembentukan karakter pesantren harus dengan totalitas, yang berbasis keteladanan. Melahirkan santri dengan bibit unggul yang belum ditanam.
Maka pesantrenlah tempat penanaman bibit unggul tersebut. Sedangkan guru-gurunya adalah sebagai petaninya.
Kunci dari pembangunan karakter adalah kedisiplinan. Karena itu kunci keteladanan dan kunci keteladanan adalah istikamah.
Sebagai rasa haus akan ilmu pengetahuan, pimpinan Al Kautsar terus berupaya meningkatkan dan memberdayakan kemajuan untuk Ponpes Al Kautsar dengan terus aktif mengikuti berbagai kegiatan. Salah satunya adalah workshop ini.
Sebagai rasa terima kasih kepada keluarga besar PPM MBS yang sudah menggagas acara ini dengan melibatkan pondok pesantren Muhammadiyah lainnya.
Acara ini dihadiri oleh 2 pesantren diluar pulau Jawa yakni Mudir Ponpes Al Kautsar Muhammadiyah Sarilamak Harau dan Mudir Ponpes Muhammadiyah Gombara Makassar, Sulawesi Selatan.
Diharapkan semoga akan melahirkan rekomendasi kepada LP2 PPM agar konsep karakter pesantren Muhammadiyah bisa menjadi pemikiran bersama dan di bawa ke tingkat nasional oleh LP2 PPM dan ditetapkan menjadi nilai-nilai yang disepakati di setiap pesantren Muhammadiyah.
“Harapan kami, dengan adanya kegiatan workshop ini akan melahirkan rekomendasi kepada LP2 PPM agar konsep membangun karakter pesantren muhammadiyah bisa menjadi pemikiran bersama dan di abwa ke tingkat nasional oleh LP2 PPM.
Kemudian dapat ditetapkan menjadi nilai-nilai yang disepakati di setiap pesantren Muhammadiyah”, ujar Dafri, Pimpinan Ponpes Al Kautsar. (Nauri A)