SOLOK, Menaramu.id – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat, Bakhtiar, mendorong Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk aktif mendirikan kelompok-kelompok tani dan kelompok wanita tani di berbagai daerah.
Langkah ini dinilai strategis dalam memperkuat pemberdayaan masyarakat, terutama di kawasan perdesaan atau nagari, sekaligus memperluas jangkauan organisasi terhadap masyarakat lintas kalangan.
Menurut Bakhtiar, pembentukan kelompok tani tidak hanya bertujuan untuk membangun kemandirian ekonomi masyarakat, tetapi juga untuk mempermudah akses terhadap berbagai bantuan dari pemerintah, seperti Alat Mesin Pertanian (Alsintan) dan program-program pemberdayaan lainnya.
“Dengan adanya kelompok tani, masyarakat akan lebih mudah menerima manfaat dari berbagai program pemerintah,” ungkap Bakhtiar dalam pengajian Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Solok yang diadakan pada Ahad (13/10/2024) di Masjid Nurul Iman, Pondok Pesantren Dr. M Natsir, Batu Bagiriak, Lembah Gumanti.
Salah satu contoh sukses pembentukan kelompok tani yang diprakarsai Muhammadiyah adalah Kelompok Tani At-Tanwir Milenial Sungai Nanam.
Kelompok ini terdiri dari petani muda di Nagari Sungai Nanam yang telah menjadi binaan langsung Muhammadiyah.
Seiring waktu, kelompok tani ini mendapatkan pengakuan tidak hanya di tingkat Sumatera Barat, tetapi juga di tingkat nasional. Pencapaian ini membuat Keltan At-Tanwir Milenial mendapat perhatian dan bimbingan langsung dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Kelompok Tani At-Tanwir Milenial Sungai Nanam diharapkan menjadi contoh inspiratif bagi masyarakat perdesaan lainnya. Keberhasilan kelompok tani ini menunjukkan bahwa melalui kolaborasi dan pendampingan yang tepat, masyarakat perdesaan bisa bangkit dan mandiri dalam bidang pertanian, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi di daerah mereka.
Dalam pengajian tersebut, Bakhtiar juga menegaskan pentingnya peran Muhammadiyah dalam mendukung sektor pertanian yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung perekonomian masyarakat Sumatera Barat.
“Pertanian bukan sekadar soal ketahanan pangan, tetapi juga soal pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh, dari aspek ekonomi, sosial, hingga pendidikan,” tambahnya.
Langkah ini sejalan dengan visi Muhammadiyah dalam membangun masyarakat yang berkemajuan, yang tidak hanya berfokus pada pengembangan spiritual, tetapi juga pada aspek ekonomi dan sosial masyarakat. (EN)