PASAMAN, MENARAMU.ID – Memasuki usia 112 tahun, Muhammadiyah terus menunjukkan konsistensinya dalam menjalankan dakwah dan pembaruan di tengah masyarakat. Hal ini kembali ditekankan oleh Drs. Apris, MM., Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat (PWM Sumbar), dalam pengajian yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pasaman di Masjid Taqwa Muhammadiyah Sontang, Senin (28/10/2024).
Pengajian tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Buya Mahyeldi, Penasehat PWM Sumatera Barat sekaligus calon gubernur nomor urut satu untuk Sumatera Barat, Ketua PDM Pasaman A.M. Siregar, serta ratusan anggota Muhammadiyah dan Aisyiyah dari wilayah Pasaman.
Acara ini menjadi momentum untuk memperkuat kembali misi dakwah dan pembaruan yang menjadi fondasi Muhammadiyah sejak didirikan pada 1912.
Dalam paparannya, Apris menyampaikan bahwa Muhammadiyah berkomitmen pada misi dakwah dan pembaruan atau tajdid yang diemban melalui berbagai aktivitas organisasi.
“Muhammadiyah berdiri untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Anggaran Dasar Muhammadiyah,” ujar Apris.
Ia menegaskan bahwa organisasi ini konsisten menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan geraknya, sebagaimana dipertegas dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat 104 dan Q.S. An-Nahl ayat 125, untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Sebagai gerakan Islam yang tidak berafiliasi pada satu mazhab tertentu, Muhammadiyah menekankan pentingnya ijtihad atau upaya pemahaman mandiri terhadap Islam.
Pendekatan ini, menurut Apris, sejalan dengan tujuan Muhammadiyah untuk membentuk masyarakat Islam yang berkemajuan sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 AD Muhammadiyah.
“Muhammadiyah adalah organisasi yang berfokus pada Islam berkemajuan,” lanjutnya. “Dalam setiap aktivitasnya, Muhammadiyah selalu berorientasi pada masa depan tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar Islam.”
Lebih lanjut, Apris menyoroti peran Muhammadiyah dalam berbagai aspek sosial melalui amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial.
“Pendekatan Muhammadiyah selalu didasarkan pada prinsip tajdid, yang tidak hanya memurnikan aqidah dan ibadah, tetapi juga membawa nilai-nilai Islam ke dalam setiap aspek kehidupan modern,” jelasnya.
Hal ini tercermin dalam berbagai institusi pendidikan, rumah sakit, dan pusat pemberdayaan ekonomi yang didirikan oleh Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Di usianya yang ke-112, Muhammadiyah berharap bisa terus membawa umat menuju kehidupan yang diridai Allah SWT.
“Semangat dakwah harus menjadi komitmen bersama dalam setiap aktivitas organisasi ini,” pungkas Apris, yang juga menjabat sebagai Ketua Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Muhammadiyah.
Kehadiran tokoh-tokoh penting dan antusiasme anggota Muhammadiyah serta Aisyiyah dalam pengajian ini menjadi bukti kuatnya ikatan Muhammadiyah dengan masyarakat. Dengan akar yang kokoh dan prinsip yang fleksibel sesuai tuntutan zaman, Muhammadiyah diyakini akan terus tumbuh dan berkembang tanpa melupakan nilai-nilai keislaman yang menjadi fondasinya.