JAKARTA – Sebagai bagian dari kelanjutan program peduli kesehatan yang diluncurkan pada Mei 2024, Lazismu, BPJS Kesehatan, dan USAID Catalyze memperkuat komitmennya untuk membantu guru honorer. Kolaborasi ini bertujuan meningkatkan kapasitas para guru melalui program *Bakti Guru* yang tak hanya memberikan perlindungan kesehatan, tetapi juga meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan.
Pada Sabtu, 12 Oktober 2024, di Gedung Pusat Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, diselenggarakan Pelatihan Kapasitas Guru dan Sosialisasi Program JKN sebagai langkah awal dari inisiatif ini. Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Direktur Utama Lazismu Ibnu Tsani, perwakilan dari BPJS Kesehatan, serta tim dari USAID Catalyze.
Dalam sambutannya, Direktur Utama Lazismu, Ibnu Tsani, menegaskan bahwa program ini memprioritaskan kesejahteraan para guru honorer. “Guru adalah pilar utama pendidikan bangsa ini. Masa depan generasi muda ada di tangan mereka, dan karena itu, kesejahteraan serta perlindungan kesehatan guru harus dipenuhi agar profesi mereka tetap bermartabat,” ujar Ibnu Tsani.
Program Bakti Guru dirancang untuk memastikan bahwa para guru, sebagai penggerak utama pendidikan, memiliki akses yang layak terhadap layanan kesehatan. Sejauh ini, Lazismu telah melunasi tunggakan iuran BPJS Kesehatan dari para penerima manfaat program, sehingga mereka dapat menjalankan tugas tanpa dibebani masalah kesehatan.
Ibnu Tsani juga menjelaskan bahwa 69 guru penerima manfaat program ini akan mengikuti pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas mereka. “Program ini tidak hanya melibatkan pembayaran tunggakan BPJS, tetapi juga pemberdayaan melalui pelatihan,” tambahnya.
Selain program untuk guru honorer, Lazismu juga terlibat dalam inisiatif kesehatan lainnya seperti Klinik Apung Said Tuhuleley di Kepulauan Maluku, yang bertujuan menjangkau masyarakat di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Klinik ini berkolaborasi dengan Baznas untuk memberikan akses kesehatan yang sulit dijangkau oleh masyarakat setempat.
Ibnu Tsani menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi kendala akses kesehatan di daerah terpencil. “Tidak hanya layanan kesehatan, akses pendidikan juga menjadi tantangan di daerah-daerah ini. Lewat Ekspedisi Zakat di Kepulauan Maluku, kami berupaya memperluas manfaat program untuk masyarakat,” ujarnya.
Sejak 2021 hingga 2023, inisiatif ini telah membantu 2.736 jiwa yang tersebar di wilayah Maluku.
Team Leader USAID Catalyze, Maya Amiarny rusady, mengapresiasi sinergi yang terjalin dengan Lazismu dan BPJS Kesehatan. “Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia, terutama melalui mekanisme *blended financing* yang melibatkan sektor swasta,” ungkapnya.
Maya menjelaskan bahwa program ini bukan hanya bertujuan memberikan akses kesehatan, tetapi juga memberdayakan para penerima manfaat agar mampu mandiri dalam membayar iuran BPJS Kesehatan mereka. Menurutnya, program ini merupakan bagian dari upaya mencapai Cakupan Kesehatan Universal (UHC) yang saat ini telah mencapai 98,5 persen di Indonesia. Namun, masih banyak kartu JKN yang tidak aktif akibat kendala ekonomi yang dihadapi masyarakat, terutama selama pandemi Covid-19.
“Kami berharap, melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas, para guru dan masyarakat dapat terus berdaya secara berkelanjutan,” tegas Maya.
Hartini, salah satu guru peserta pelatihan, mengungkapkan rasa syukurnya atas program ini. “Program JKN sangat memudahkan akses kesehatan bagi saya dan keluarga. Saat saya melahirkan, kartu BPJS yang tadinya tidak aktif akhirnya bisa digunakan lagi berkat bantuan Lazismu dan USAID Catalyze,” ungkapnya dengan penuh rasa terima kasih.
Menurut Hartini, program ini tidak hanya memberikan manfaat langsung, tetapi juga menciptakan rasa aman bagi para guru honorer yang sebelumnya terbebani masalah kesehatan.
Sebelum acara ditutup, dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Lazismu dan USAID Catalyze, serta penyerahan simbolis bantuan pelunasan tunggakan iuran JKN kepada guru honorer penerima manfaat.
Dengan adanya program ini, diharapkan para guru honorer dapat terus berkontribusi dalam dunia pendidikan tanpa harus mengkhawatirkan akses terhadap layanan kesehatan yang seharusnya menjadi hak dasar setiap warga negara. (source:muhammadiyah.or.id)