Padang, menaramu.id – Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, terus berupaya melakukan pembaruan dalam berbagai tradisi keagamaan, termasuk dalam pelaksanaan yasinan. Tradisi yasinan, yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan umat Islam di Indonesia, terutama pada malam Jumat dan dalam acara tertentu seperti tahlilan, kini mendapat sentuhan baru melalui pendekatan yang lebih modern dan berorientasi pada pemahaman serta manfaat bagi umat.
Sejarah mencatat bahwa yasinan model baru ini pernah diperkenalkan oleh KH. AR Fakhruddin saat beliau berusia 18 tahun di Ulak Paceh, Palembang. Berbeda dengan yasinan konvensional, yang sering kali hanya fokus pada pembacaan Surah Yasin, model baru ini mengajak umat untuk tidak hanya membaca, tetapi juga memahami dan mengkaji makna ayat-ayat yang dibaca. Setelah pembacaan Surah Yasin selesai, jamaah diajak untuk melanjutkan dengan surat lain, yang kemudian berkembang menjadi pengajian tafsir Al-Qur’an.
Muhammadiyah, yang dikenal dengan semangat reformasi dalam pelaksanaan ibadah, melihat pentingnya mengadaptasi tradisi keagamaan agar tetap relevan dengan zaman. Yasinan model baru ini merupakan refleksi dari upaya tersebut, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas spiritual dan intelektual umat melalui pendekatan yang lebih mendalam terhadap Al-Qur’an.
Prinsip-Prinsip Yasinan Model Baru
1. Fokus pada Kualitas Bacaan dan Pemahaman
Yasinan model baru menekankan pentingnya tajwid dan makhraj yang benar dalam membaca Al-Qur’an, khususnya Surah Yasin. Namun, tak hanya bacaan yang diperhatikan, pemahaman terhadap makna ayat juga ditekankan agar jamaah dapat mengambil hikmah dari bacaan tersebut.
2. Integrasi dengan Kegiatan Sosial dan Pendidikan
Muhammadiyah mendorong agar yasinan tidak hanya menjadi ritual bacaan semata, tetapi juga diintegrasikan dengan kegiatan sosial dan pendidikan. Misalnya, setelah yasinan, jamaah bisa melanjutkan dengan diskusi tentang tema-tema keislaman, pelatihan keterampilan, atau kegiatan sosial seperti pemberian bantuan kepada yang membutuhkan.
3. Pelibatan Semua Anggota
Yasinan model baru ini mendorong partisipasi aktif dari seluruh anggota komunitas, termasuk generasi muda dan perempuan. Ini bertujuan untuk memperkuat rasa kebersamaan dan tali silaturahmi di antara anggota, serta memastikan bahwa yasinan menjadi kegiatan yang inklusif.
Implementasi dan Praktik Yasinan Model Baru
Dalam pelaksanaannya, yasinan model baru ini menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan dengan tradisi yang ada. Kegiatan ini tidak harus dilakukan pada malam Jumat, tetapi dapat disesuaikan dengan waktu yang tepat bagi komunitas. Selain itu, Muhammadiyah juga mendorong penggunaan teknologi, seperti platform online, untuk mengadakan yasinan jarak jauh, memungkinkan lebih banyak anggota untuk berpartisipasi tanpa harus berkumpul secara fisik.
Evaluasi berkala juga menjadi bagian penting dari model ini. Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pelaksanaan yasinan dan menyesuaikannya sesuai kebutuhan. Seluruh anggota diajak untuk memberikan masukan, sehingga yasinan model baru ini bisa terus berkembang dan menjadi lebih baik.
Tantangan dan Harapan
Tentu, perubahan tradisi yang telah lama terjalin bukanlah hal yang mudah. Tantangan utama dalam penerapan yasinan model baru adalah resistensi dari masyarakat yang telah terbiasa dengan cara-cara lama. Namun, dengan pendekatan yang bijak dan persuasif, Muhammadiyah optimis bahwa model ini akan diterima dan membawa dampak positif dalam pengembangan spiritual dan sosial masyarakat.
Yasinan yang lebih terstruktur, berorientasi pada pemahaman, dan dilengkapi dengan kegiatan sosial diharapkan dapat menjadi sarana yang lebih bermakna dan bermanfaat bagi umat. Muhammadiyah berharap, melalui reformasi ini, yasinan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar dalam kehidupan umat Islam di Indonesia.
Oleh: Dr. H. Firdaus, M.H.I. (Dosen Ilmu Falak Prodi Hukum Keluarga FAI UM Sumbar)
Editor: Endrio Febrianda