MenaraMu.id – Dunia jurnalistik di Muhammadiyah seakan tidak mendapat perhatian serius di beberapa daerah. Padahal, urusan publikasi, pemberitaan, menciptakan citra positif, dan proses membangun imej, adalah bagian dari kerja jurnalistik.
Bahkan, tak banyak kader Muhammadiyah yang terjun pada profesi yang sejak lama menjadi ujung tombak penyambung informasi kepada khalayak. Apakah porfesi wartawan tak lagi menjanjikan secara finansial?
Banyak kader Muhammadiyah cenderung memilih jalur karir yang dianggap lebih stabil atau lebih menguntungkan secara ekonomi. Hal ini menyebabkan kurangnya minat dari kalangan tersebut untuk memasuki dunia jurnalistik, meskipun potensi intelektual dan moral mereka seringkali sangat dibutuhkan dalam liputan media.
Tidak hanya itu, terdapat juga otokritik terhadap minimnya perhatian dari kader Muhammadiyah terhadap publikasi. Padahal, kehadiran mereka dapat membawa beragam perspektif yang lebih kaya dalam kancah media.
Keterlibatan yang rendah dari kalangan ini dalam dunia jurnalistik, juga dapat mengurangi representasi mereka dalam ruang publik, mempersempit ruang untuk menyampaikan pandangan yang berbeda terhadap kondisi dan situasi. Mereka kadang disibukkan dengan kegiatan internal tanpa keahlian memublikasi.
Perkembangan media sosial juga memainkan peran penting dalam dinamika ini. Banyak kader Muhammadiyah cenderung lebih mengutamakan platform media sosial daripada berkarir di media mainstream. Fenomena itu menunjukkan pergeseran minat dan prioritas dalam komunikasi publik, yang dapat mempengaruhi kemungkinan mereka untuk mengembangkan keterampilan jurnalistik formal.
Kurangnya peminat dari kalangan Muhammadiyah untuk berkarir di bidang jurnalistik perlu menjadi perhatian serius. Ini menandakan, adanya tantangan dalam membangun minat yang berkelanjutan dalam profesi ini di antara mereka, meskipun potensi dan kualifikasi mereka sebenarnya cukup mumpuni.
Meskipun demikian, langkah-langkah untuk mengatasi tantangan ini sangat mendesak untuk diambil. Inisiatif untuk meningkatkan pemahaman dan minat kader Muhammadiyah terhadap jurnalistik, melalui pendidikan, pelatihan, dan perekrutan khusus, diharapkan dapat membuka jalan bagi lebih banyak partisipasi mereka dalam membangun media informasi yang inklusif dan beragam.
Dalam era di mana media sosial semakin mendominasi, penting bagi dunia jurnalistik untuk terus mempertahankan standar profesionalisme dan keberagaman pandangan. Dengan memperkuat komitmen terhadap kebebasan berekspresi dan representasi yang adil, diharapkan dapat diciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inklusi bagi semua elemen masyarakat, termasuk kader Muhammadiyah.
Minimnya jumlah wartawan dari kader Muhammadiyah bukan hanya sekadar masalah jumlah, tetapi juga mencerminkan tantangan yang lebih dalam untuk membangun jurnalisme yang beragam dan inklusif. Dengan memperhatikan isu-isu ini secara serius dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasinya, kita berharap melihat perkembangan yang lebih baik dalam representasi dan partisipasi mereka.(*)
Penulis: Nova Indra (Wapimred MenaraMu, Writer)