PEMILIHAN UMUM Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 telah melangsungkan tahapan penerimaan pendaftaran bakal calon peserta. Secara nasional, 1.467 pasangan bakal calon telah melakukan pendaftaran, di antaranya ada 51 bakal paslon independen.
Pembahasan perhelatan Pilkada Serentak 2024, diyakini akan lebih menarik dibanding Pemilu Legislatif (Pileg) dan sebelumnya. Sebanyak 545 daerah di Indonesia akan melaksanakan hajatan yang sama, dengan rincian 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota. Sungguh ini adalah pesta rakyat yang sebenarnya.
Setelah masa pendaftaran berakhir, walaupun masih ada 42 kabupaten, lima kota dan satu provinsi yang masa pendaftaran bakal calonnya diperpanjang sebagai konsekuensi hanya diisi oleh calon tunggal, tahapan Pilkada telah memasuki masa pemeriksaan kesehatan bagi para bakal calon yang diterima oleh KPU. Ini tentunya adalah angin segar bagi mereka peserta Pilkada. Ke depan, upaya meraup dukungan konstituen akan menjadi santapan sepanjang waktu hingga hari pencoblosan 27 Nopember mendatang.
Sebagai bagian dari konstituen, warga yang sehari-hari bergerak sebagai pimpinan, aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), serta penyelenggara Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan masyarakat yang bernaung di dalam peryarikatan ini, akan turut serta menyikapi helat akbar Pilkada 2024. Dan di sini sisi, nama besar Muhammadiyah, sekaligus kekuatan umat yang ada di dalamnya, akan jadi sasaran empuk mendulang suara.
Mengapa jadi sasaran empuk? Dipastikan, nama besar dan jumlah anggota Muhammadiyah baik secara administratif maupun kelembagaan, sejak awal telah menyepakati bahwa tidak akan ikut secara praktis dalam praktik politik perebutan kekuasaan. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi siapapun yang sedang bertarung memperebutkan kursi kekuasaan, untuk meraih simpati dan dukungan.
Dipahami pula, di Muhammadiyah saat ini, dengan banyaknya AUM Pendidikan, baik pendidikan menengah dan tinggi, bertaburan pemilih pemula yang siap digarap oleh kekuatan politik. Jumlah yang tidak sedikit itu, dipastikan akan turut disasar oleh peserta Pilkada dan orang-orang dalam lingkarannya untuk dimanfaatkan sebagai kantong-kantong suara.
Hal itu menjadi sangat lumrah. Namun, bagi Muhammadiyah sebagai organisasi besar dengan keinginan turut mencetak para calon pemimpin yang memiliki ‘muru’ah’, patut pula menjadi perbincangan serius. Mau dikemanakan Muhammadiyah dan segala kekuatannya di Pilkada Serentak 2024?
Bicara persoalan muru’ah, seorang sahabat dalam diskusi politik di salah satu daerah mengatakan, muru’ah atau kita sebut sebagai ‘harga diri’, ajaran yang memerintahkan untuk menjaga kehormatan diri dan orang lain. Muru’ah juga sebagai sikap dalam menjaga tingkah laku agar tetap berada pada keadaan yang utama, keadaan yang terus perlu di siapkan agar bermanfaat secara positif bagi umat manusia.
Bagaimana Muhammadiyah menjaga muru’ahnya dalam Pilkada 2024? Ini adalah persoalan mudah secara organisasi, namun menjadi begitu rumit saat diimplementasikan di lapangan dalam situasi suksesi kepemimpinan Pilkada 2024.
Mengapa demikian? Bila seandainya dalam jajaran Muhammadiyah masih terdapat personal (oknum) yang menginginkan kekuatan Muhammadiyah secara pragmatis dibawa dalam satu keinginan (baca: oportunis), maka dipastikan apapun kebijakan Muhammadiyah secara organisasi, tidak akan berdampak pada kebaikan dalam proses pendidikan umat.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat pragmatis dan oportunis itu, bisa saja adalah kepentingan pribadi untuk membawa diri sebagai tokoh yang seolah-olah bermanfaat bagi Muhammadiyah, mengedepankan narasi-narasi santun layaknya proses pendidikan, namun di belakangnya diisi dengan keinginan meloloskan target dan tujuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan Muhammadiyah. Hal ini bisa saja dalam bentuk jabatan, hitung-hitungan secara finansial, atau tujuan lain dalam membangun ketokohan.
Maka untuk itu, demi menjaga muru’ah Muhammadiyah di Pilkada 2024, pimpinan persyarikatan perlu menjadi kiper yang handal, agar kekuatan Muhammadiyah tidak menjadi bancakan oknum, tidak dipreteli dengan alasan yang dipoles seolah bermanfaat, alih-alih membawa Muhammadiyah kian besar dan kokoh.
Mari jaga muru’ah Muhammadiyah bila masih ada sisa-sisa nilai positif yang tertanam di hati kita. Muhammadiyah lahir bukan untuk menjadi buruan, bukan untuk jadi bancakan dan target mendulang politik kekuasaan. (*)
Penulis: Nova Indra (Pimp. P3SDM Melati, Direktur PT MenaraMu Media Group, Jurnalist, Anggota Muhammadiyah, Kader Utama Tapak Suci)