DI TENGAH derasnya arus perubahan, banyak pihak merasa idealisme adalah sesuatu yang sulit dipertahankan.
Namun, bagi sebagian orang, menjaga idealisme adalah suatu kewajiban moral, bukan hanya sekadar pilihan. Mereka percaya, prinsip-prinsip yang mereka pegang teguh adalah fondasi yang harus dijaga, bahkan ketika dunia di sekitar mereka berubah dengan cepat.
Pernyataan “Maaf kanda, kami masih dalam ranah menjaga idealisme!” menggambarkan semangat perlawanan terhadap kompromi yang dianggap bisa merusak nilai-nilai dasar yang dianut. Di era di mana pragmatisme sering kali dijadikan alasan untuk mengorbankan idealisme, mereka yang tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsipnya sering kali dianggap ketinggalan zaman atau tidak realistis.
Namun, dalam sejarah, perubahan besar sering kali dimulai dari sekelompok kecil orang yang berani mempertahankan idealisme mereka. Gerakan kemerdekaan, perlawanan terhadap penindasan, hingga perjuangan hak-hak sipil semuanya berakar dari keyakinan bahwa ada nilai-nilai yang harus diperjuangkan, meskipun tampak tidak populer atau tidak pragmatis pada masanya.
Mengapa idealisme penting? Karena idealisme adalah kompas moral yang membantu kita menentukan arah dalam membuat keputusan, terutama dalam situasi yang penuh tekanan atau ketidakpastian. Ketika kita mulai mengorbankan idealisme demi keuntungan jangka pendek, kita berisiko kehilangan arah dan identitas. Idealisme, pada dasarnya, adalah cara kita menjaga integritas diri dan tetap setia pada apa yang kita percayai sebagai kebenaran.
Tentu saja, menjaga idealisme bukan berarti menutup diri dari realitas atau enggan beradaptasi. Sebaliknya, idealisme yang sehat harus fleksibel dalam penerapannya, namun tetap kokoh dalam prinsipnya. Ini berarti kita harus terbuka untuk berdialog, berdiskusi, dan mendengar pandangan lain tanpa harus melepaskan prinsip yang kita yakini.
Dalam konteks sosial, politik, dan budaya saat ini, tantangan terbesar adalah bagaimana kita bisa tetap mempertahankan idealisme sambil tetap relevan dan responsif terhadap perubahan zaman. Ini bukanlah tugas yang mudah, dan sering kali menuntut pengorbanan.
Namun, seperti yang dikatakan oleh banyak tokoh besar dalam sejarah, pengorbanan demi nilai-nilai yang kita pegang teguh adalah investasi jangka panjang untuk masa depan yang lebih baik.
Bagi mereka yang memilih untuk tetap berada dalam “ranah menjaga idealisme”, mereka tahu bahwa perjuangan ini bukanlah perjalanan yang mulus. Banyak godaan, tekanan, dan tantangan yang harus dihadapi. Namun, mereka percaya bahwa dalam menjaga idealisme, mereka juga sedang menjaga warisan moral yang akan diwariskan kepada generasi mendatang.
Di akhir hari, mungkin mereka akan meminta maaf karena masih “dalam ranah menjaga idealisme”, tetapi mereka tidak akan pernah menyesalinya. Karena bagi mereka, idealisme adalah landasan yang harus selalu dipertahankan, tidak peduli seberapa besar perubahan di luar sana.
Penulis: Endrio Febrianda (Reporter MenaraMu.id)