PILKADA SERENTAK 2024 sedang memasuki tahap penting. Sebentar lagi, pendaftaran para pasangan calon di setiap daerah akan dilakukan. Tanggal 27-29 Agutus mendatang, menjadi penentu siapakah yang akan ikut bertarung memperebutkan kursi kekuasaan.
Sementara itu, pernyataan bahwa Muhammadiyah hanya menjadi organisasi yang sering dimanfaatkan dalam setiap pemilihan umum atau pilkada, turut pula dibincangkan banyak pihak. Hal itu mencerminkan pandangan kritis terhadap peran organisasi ini dalam perpolitikan nasional, termasuk Pilkada.
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, dan pengaruhnya dalam masyarakat sangat kuat, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Karena pengaruh ini, tidak mengherankan banyak kalangan yang berusaha memanfaatkan kesempatan meraih dukungan dari Muhammadiyah terkait saat kampanye atau suksesi kepemimpinan.
Namun, jika benar Muhammadiyah hanya dimanfaatkan selama pemilihan tanpa mendapatkan manfaat atau pengaruh politik yang setimpal, hal ini bisa menunjukkan kurangnya peran politik strategis organisasi kemasyarakatan ini.
Muhammadiyah memang lebih fokus pada gerakan dakwah, pendidikan, dan amal sosial, daripada terlibat langsung dalam politik praktis. Sikap independen atau non-partisan yang dimiliki oleh Muhammadiyah, juga bisa menjadi faktor yang membuat mereka terlihat ‘dimanfaatkan’ bagi yang sedang mencari dukungan.
Di sisi lain, penting untuk diingat, Muhammadiyah memiliki prinsip dan tujuan yang lebih luas daripada sekadar politik praktis. Organisasi ini memiliki visi besar untuk memajukan umat dalam bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan, yang mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan politik jangka pendek.
Pendekatan strategis dalam berinteraksi dengan dunia politik, mungkin bisa menjadi solusi agar Muhammadiyah tidak hanya menjadi sekadar alat, tetapi juga mendapatkan manfaat yang lebih besar untuk kepentingan umat. Namun, ini tetap harus dilakukan tanpa mengorbankan nilai-nilai dasar dan tujuan utama organisasi.
Agar Muhammadiyah tidak hanya dijadikan alat kampanye dan dukungan dalam perpolitikan, terutama politik praktis, organisasi ini perlu mengambil beberapa langkah strategis yang bisa menjaga integritasnya.
Selain itu juga dalam rangka memastikan keterlibatan mereka dalam politik lebih menguntungkan bagi umat dan tidak hanya sekadar memberikan dukungan. Berikut adalah beberapa sikap yang bisa diambil oleh Muhammadiyah:
- Meningkatkan Pendidikan Politik bagi Anggota. Muhammadiyah dapat melakukan pendidikan politik bagi anggotanya, yang mencakup pemahaman tentang hak dan kewajiban politik, serta bagaimana memilih pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kepentingan umat. Dengan pengetahuan yang lebih baik, anggota Muhammadiyah dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih pemimpin, bukan hanya berdasarkan janji kampanye.
- Menetapkan Kriteria Dukungan yang Jelas. Jika Muhammadiyah memutuskan untuk mendukung kandidat tertentu, dukungan tersebut harus didasarkan pada kriteria yang jelas dan transparan, seperti komitmen kandidat terhadap nilai-nilai Islam, keadilan sosial, dan kesejahteraan umat. Dengan cara ini, Muhammadiyah dapat memastikan dukungannya bukan sekadar formalitas, tetapi benar-benar demi kepentingan umat. Dan hal itu terlihat dari ukuran yang pasti, bukan malah menjadi bagian dari sebuah proses suksesi politik, alih-alih dapat menjadi pangayom.
- Mengutamakan Kepentingan Jangka Panjang. Muhammadiyah harus fokus pada kepentingan jangka panjang umat dan bangsa, daripada terjebak dalam permainan politik jangka pendek. Ini bisa dilakukan dengan menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak yang sejalan dengan visi dan misi Muhammadiyah, tanpa harus terikat secara politik.
- Memantau dan Mengevaluasi Janji Kampanye. Muhammadiyah bisa mengambil peran aktif dalam memantau janji-janji kampanye para politisi, dan mengevaluasi apakah janji-janji tersebut ditepati setelah mereka terpilih. Hal ini bisa menjadi bagian dari tanggung jawab moral Muhammadiyah untuk memastikan bahwa dukungan yang diberikan tidak disia-siakan. Di sini, Muhammadiyah bertindak sebagai lembaga yang memonitor berjalannya program pembangunan masyarakat.
- Dialog Terbuka dengan Kandidat. Sebelum memberikan dukungan, Muhammadiyah bisa mengadakan dialog terbuka dengan para kandidat untuk membahas isu-isu yang penting bagi organisasi dan anggotanya. Dengan cara ini, Muhammadiyah dapat menilai keseriusan dan komitmen para kandidat terhadap isu-isu tersebut. Dan pada gilirannya, Muhammadiyah dapat membangun jembatan hati dengan para pemimpin, dan terus memberikan masukan program-program pembangunan.
Melalui sikap-sikap di atas, Muhammadiyah dapat menghindari menjadi alat kampanye semata, dan lebih berperan sebagai kekuatan moral yang mendukung perubahan positif bagi masyarakat dan bangsa.
Muhammadiyah bukanlah lembaga yang hanya menjadi pengurai benang kusut. Untuk itu, sejak awal, peran yang jelas dan terukur, perlu dikedepankan dalam setiap langkah organisasi ini memberikan pencerahan kepada masyarakat dalam suksesi kekuasaan. (*)
Penulis: Nova Indra (Direktur PT MenaraMu Media Goup, Anggota Muhammadiyah, NBM: 830 328)