BUKITTINGGI – Dalam satu malam, wilayah sekitar Bukittinggi Sumatera Barat, diguncang lima gempa berturut-turut.
Gempa pertama terjadi pukul 21.18 WIB, Jumat (9/8). Gempa tersebut berpusat di darat, sekitar 16 km timur laut Bukittinggi, dengan kedalaman 5 km.
Selanjutnya, gempa kedua terjadi pada pukul 23.37 WIB dengan magnitudo 3,2. Menurut data BMKG Padang Panjang, gempa berlokasi di 0.22 LS, 100,38 BT atau 9 Km timur laut Bukittinggi dengan kedalaman 5 Km.
Pada pukul pukul 00.35 WIB, Sabtu (10/8), kembali terjadi gempa dangkal dengan magnitudo 3,4 berlokasi di 0.24 LS, 100.35 BT atau 7 Km barat laut Bukittinggi dengan kedalaman 5 Km.
Tak berhenti di situ, gempa keempat kembali mengguncang pada kedalaman yang sama pada pukul 02.15 WIB berlokasi di 0.19 LS, 100.40 BT atau 13 Km timur laut Bukittinggi.
Gempa kelima terjadi pada pukul 02.34 WIB dengan magnitudo 3,0 berlokasi di 0.39 LS, 99.50 BT atau 59 Km barat daya Lubuk Basung, Agam, dengan kedalaman 14 Km.
BMKG melaporkan bahwa gempa ini dipicu oleh aktivitas Sesar Sianok dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hingga saat ini, belum ada laporan kerusakan yang diterima.
Sesar Sianok adalah bagian dari Sesar Besar Sumatra, yang juga dikenal sebagai Sesar Semangko.
Sesar ini merupakan patahan geologi yang membentang dari utara ke selatan Pulau Sumatra, mulai dari Aceh hingga Lampung sepanjang 1.900 kilometer. Sesar Sianok sendiri terletak di sekitar Ngarai Sianok, dekat Bukittinggi, Sumatera Barat.
Segmen Sesar Sianok memiliki nilai sliprate 14mm/tahun dan gempa terbesar pada segmen ini yaitu pada 4 Agustus 1926 dengan M 7.0.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hayyan Sabil Asy`Tama; Mohammad Syamsu Rosid, bersama supervisor Abdul Hafidz, dan examiner Muhammad Bisri Mustofa, dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, tahun 2022 lalu, terdapat sesar mendatar menganan dengan strike berarah Barat Laut-Tenggara yang memiliki dip-slip dengan nilai sudut dip >70° ke arah Timur Laut.
Dan di sekitar Segmen Sianok, terdapat 3 sesar naik dan 4 sesar normal dengan dip > 51° dan semua sesar tersebut memiliki strike Barat Laut-Tenggara.
Dari hasil forward model 2D Bukittinggi terdapat keberadaan sedimen tebal <1000 m dan kontras densitas sebesar 0,44 gr/cc. Dan forward model 2D Padang Panjang terdapat sedimen dengan tebal < 100 m dan kontras densitas sebesar 0,3 gr/cc. Sedimen tebal dan kontras densitas merupakan salah dua parameter potensi kebencanaan sesimik. (NI)