Jakarta– Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas, menyoroti kunjungan sejumlah anak muda Indonesia ke Israel untuk bertemu Presiden Isaac Herzog. Menurutnya, tindakan ini dianggap sebagai tindakan yang tidak bermoral mengingat Israel telah lama dituduh melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina tanpa memberikan kemerdekaan yang diinginkan oleh mayoritas negara di dunia.
Buya Anwar menekankan bahwa Indonesia, yang sendiri pernah merasakan pahitnya penjajahan, menganggap kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Pandangan ini tercermin dalam mukadimah UUD 1945 yang menyerukan penghapusan penjajahan dari muka bumi. Oleh karena itu, Indonesia tetap mempertahankan kebijakan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sebagai bentuk penolakan terhadap penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
“Dalam pandangan bangsa Indonesia yang namanya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,” kata Buya Anwar melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Selasa (16/7/2024).
Kritik Buya Anwar terhadap kunjungan tersebut tidak hanya terfokus pada aspek politik, tetapi juga kemanusiaan. Dia mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan Israel di Gaza, yang telah mengakibatkan korban jiwa yang besar terutama di kalangan perempuan dan anak-anak.
“Bahkan Israel tidak hanya sekedar ingin menjajah tapi juga telah melakukan tindakan-tindakan yang terbilang sangat-sangat biadab dengan melakukan tindakan genosida atau membunuh, sudah lebih dari 36.050 orang di Gaza sejak Oktober tahun lalu dan melukai setidaknya 81.026 orang akibat serangan yang mereka lakukan ke daerah Palestina tersebut,” ujar Buya Anwar.
Buya Anwar juga menyesalkan bahwa ada anak muda Indonesia yang terlibat dalam kunjungan tersebut, menganggap hal ini sebagai tanda ketidakpedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Menurutnya, sikap ini mencoreng jati diri bangsa Indonesia yang sejak lama berpegang teguh pada nilai-nilai kemerdekaan dan keadilan.
Buya Anwar mengatakan, mungkin saja mereka beralasan melakukan hal tersebut karena mereka ingin merubah sikap Israel. Menurut Buya Anwar, rasa-rasanya hal itu bagaikan mimpi di siang bolong karena sekarang ini sudah lebih dari 146 negara yang mendukung kemerdekaan Palestina termasuk beberapa negara dari eropa barat yang selama ini merupakan sekutu Israel seperti Spanyol, Inggris dan Prancis serta lainnya sudah meminta Israel untuk mengakui kemerdekaan Palestina.
Namun Israel tetap bersikukuh dan tidak mau memberikannya. Ini pertanda bahwa Israel memang punya niat jahat untuk terus menduduki dan menjajah Palestina, bahkan kalau bisa mereka akan mendirikan sebuah negara baru yang disebut dengan Israel raya yang meliputi beberapa negara yang ada disekitarnya.
“Jadi berdasarkan hal demikian kita memang sangat menyesalkan ada oknum-oknum dari anak-anak bangsa ini yang berbuat di luar batas dengan menentang dan melecehkan konstitusi padahal mukadimah dari UUD 1945 itu seperti kita ketahui bersama merupakan jati diri kita sebagai bangsa,” kata Buya Anwar.
Buya Anwar menegaskan, jika jati diri sebagai bangsa sudah terkoyak maka untuk menjahit dan menyatukannya kembali jelas tidak mudah. Untuk itu, berharap agar semua pihak menghormati dan menjunjung tinggi konstitusi supaya semuanya sebagai bangsa Indonesia tetap bersatu dan negara yang sama-sama dicintai ini bisa maju.
Sementara itu, Muhammadiyah dan PBNU menegaskan bahwa mereka tidak mendukung kunjungan semacam itu, menunjukkan bahwa sikap resmi organisasi Islam terbesar di Indonesia tetap mengutamakan solidaritas dengan perjuangan kemerdekaan Palestina.
Sebelumnya, diberitakan sejumlah intelektual muda Nahdliyin diam-diam berkunjung ke negara Israel yang sedang menjajah dan melakukan genosida terhadap Palestina. Menanggapi hal itu, PBNU menegaskan mereka tidak mewakili PBNU dan PBNU tidak mengetahui agenda tersebut. (Source: Republika.co.id)