Padang, Menaramu.id – Bagi kaum beriman, kematian bukan akhir, melainkan sebuah perpindahan menuju alam baka. Di sanalah kebahagiaan sejati menanti, di surga yang penuh kenikmatan abadi. Kabar gembira ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Fussilat ayat 30, yang menjelaskan tentang kepastian masuk surga bagi mereka yang beriman dan beramal saleh hingga akhir hayat.
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS Fussilat 41: 30).
Ayat ini bagaikan oase di tengah gurun kehidupan, menjanjikan ketenangan jiwa di kala sakaratul maut. Di saat-saat rapuh itu, malaikat-malaikat pembawa kabar gembira akan turun menenangkan hati orang-orang beriman, mengabarkan surga yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Bukan hanya ketenangan, para malaikat juga akan membantu mereka melewati proses sakaratul maut dengan mudah dan ringan. Kematian yang tadinya terkesan menakutkan, kini berubah menjadi momen penuh kebahagiaan dan kedamaian.
Bagaimana meraih kebahagiaan definitif ini? Kunci utamanya adalah keteguhan iman dan amal saleh. Kita harus senantiasa meyakini Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah, dan mendedikasikan hidup untuk beramal saleh.
Keteguhan iman ini bukan hanya sebatas keyakinan dalam hati, tetapi juga harus dibuktikan dengan perbuatan. Kita harus istiqamah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim, menekankan pentingnya istiqamah bagi seorang mukmin. Beliau bersabda, “Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian teguhkanlah pendirianmu.”
Istiqamah ini, menurut Abu Bakar, berarti menjauhi kesyirikan atau menyekutukan Allah dengan makhluk lain. Bagi mereka yang teguh dalam keimanan dan ketaatannya, Allah akan memberikan kebahagiaan yang tak terkira di akhirat.
Buya Hamka pernah menceritakan kisah Uwaik Tuo, seorang muslimah salehah, menjadi contoh nyata bagaimana kebahagiaan menjemputnya di sakaratul maut. Di saat-saat terakhirnya, Uwaik Tuo tersenyum tenang, dikelilingi lantunan ayat suci Al-Qur’an yang seolah mengantarkannya menuju surga.
Kisah ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah awal dari kehidupan yang lebih abadi. Dengan keimanan dan amal saleh yang teguh, kita dapat meraih kebahagiaan definitif di surga, sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT.
Oleh: Dr. H. Firdaus, M.H.I., (Dosen Ilmu Falak Prodi Hukum Keluarga FAI UM Sumbar)
Editor: Endrio Febrianda