Hampir tiga bulan telah berlalu sejak bencana banjir lahar dingin Marapi menerjang dan meluluhlantakkan Tanah Datar, Agam, dan Padang Panjang. Korban harta benda, bahkan korban jiwa yang sebagiannya hingga sekarang tidak ditemukan. Semua pantas menjadi pelajaran bersama.
Sementara Sesar Sumatra atau lebih dikenal dengan sebutan Patahan Semangko tengah aktif dan terus mengintai. Potensi gempa bumi dari patahan ini, telah disebutkan oleh BMKG sebagai potensi yang sangat merusak dan dapat terjadi sewaktu-waktu.
Haruskah kita melupakan kejadian-kejadian itu, dan menganggap semua telah berakhir dan tak akan terjadi lagi? Atau sebaliknya, kita lebih waspada dengan langkah-langkah konkret untuk menghadapi beragam bencana yang kian masid terjadi di negeri ini. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapi gerak alam, memahami keadaan dan kondisi riil yang berada di lingkungan.
Muhammadiyah adalah salah satu organisasi yang anggota dan simpatisannya cukup banyak terdampak pada bencana tiga bulan lalu itu. Dengan pergerakan di tingkat wilayah melalui Muhammadiyah Disaster Managament Center (MDMC), telah melakukan operasi kemanusiaan selama berminggu-minggu. Membantu penyaluran sembako, pakaian, juga memberikan bantuan kepada warga terdampak dalam bentuk materi. Operasi kemanusiaan yang pantas kita apresiasi.
Ke depan, berdasarkan pembicaraan-pembicaraan bersama para pegiat dan aktivis Muhammadiyah yang ada, diinisiasi beberapa kegiatan penting untuk mitigasi kebencanaan, khususnya diperuntukkan bagi kelangsungan pengabdian Muhammadiyah di daerah-daerah potensial bencana.
Inisiasi tersebut, berupa kegiatan: pertama, pengurusan frekuensi repeater radio komunikasi dua arah. Hal ini menjadi penting karena bila melihat berbagai situasi kebencanaan yang ada seperti gempa bumi, jaringan komunikasi berbasis GSM kerap kali terganggu. Dan penggunaan radio komunikasi dua arah menjadi andalan di setiap penanggulaan kebencanaan tersebut.
Kedua, pemetaaan wilayah kebencanaan. Selama ini, Muhammadiyah belum memiliki mapping kewilayahan yang potensial terdampak bencana, baik tanah longsor, tsunami, banjir, erupsi gunung api, wilayah terdampak sesar kerak bumi, dan lainnya. Sementara di bagian-bagian tertentu, wilayah Sumatra Barat berada pada titik utama potensial bencana, dan di saat bersamaan ada Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan kantong-kantong massa/anggota Muhammadiyah.
Pemetaan wilayah kebencanaan, perlu menjadi perhatian agar saat terjadi bencana, Muhammadiyah langsung dapat melakukan gerakan terukur untuk turut serta dalam penanggulangan. Jadi tidak hanya mengandalkan pemerintah sebagai ujung tombak.
Ketiga, Muhammadiyah perlu memiliki Tim Reaksi Cepat (TRC). Selama ini, MDMC yang berkutat membantu warga setiap terjadi bencana, baru bersifat sebagai lembaga penyaluran bantuan, dan siap sedia mendampingi warga dalam berbagai hal seperti trauma healing dan lainnya.
Namun, Muhammadiyah belum memiliki tim di setiap daerah untuk bergerak cepat membantu, mencari, menyelamatkan, apabila terjadi bencana. TRC Muhammadiyah, di setiap Kabupaten Kota, dirasa perlu mendapat prioritas agenda.
Beberapa waktu lalu, saat kunjungan di wilayah terdampak dan terimbas bencana banjir lahar dingin Marapi, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar Dr. Bakhtiar, MA, mengatakan, perbincangan terkait agenda kebencanaan tersebut akan segera ditindaklanjuti.
“Salah satunya adalah kerjasama dengan organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) untuk bidang pengadaan frekuensi repeater dan radio komunikasi dua arah. Juga sekalian terkait dengan pemetaan wilayah kebencanaan dan pelatihan radio komunikasi.” Demikian ungkap Bakhtiar ketika itu, saat berbincang dengan penulis.
Muhammadiyah Sumbar memang punya tugas berat. Bukan melulu hanya memikirkan sekolah dan madrasah/pesantren agar tumbuh pesat, persoalan pengayoman warga Muhammadiyah dari kebencanaan juga perlu menjadi agenda yang dipentingkan.
Menurut Bakhtiar ketika berbincang terkait kebencanaan dan program-program di atas, dalam waktu dekat akan ada pertemuan khusus mengenai ini.
“Kita serahkan penetapan waktu pertemuannya kepada rekan-rekan aktivis radio komunikasi untuk membicarakannya dalam pleno PWM.” Demikian sebut Bakhtiar.
Semoga, program-program penting tersebut bukan hanya wacana semata. Dan setiap pimpinan daerah juga dapat mendukungnya agar menjadi bagian dari pengabdian demi kebaikan umat. (*)
Penulis: Nova Indra (JZ03AQP, Direktur P3SDM Melati, Pegiat Media, Penulis, Journalist)