Testimoni Mufridawati, Jamaah Haji Asal Kuranji Kota Padang – Sumbar (KBIH Masjid Taqwa Muhammadiyah Padang)
Banyak Kemudahan dan Solusi Tanpa Diduga
Makkah – Untuk anak-anak dan kita semua, pengalaman sendiri di kamar hotel.
Begini :
1. Kejadian untuk Amak. Amak dimudahkan segala urusan yang semula difikirkan berat, kiranya dibukakan jalannya tanpa diduga, tidak terfikir.
Amakkan tidak ada bawa kursi roda, karena sudah percaya diri, sambil berdoa amak bisa thawaf dan sa’i dengan jalan kaki. Jadi ketika mau berangkat ke Masjidil Haram untuk thawaf, mobil agak lama sampai. Sekira 4 jam menunggu di lobby, jadi saat menunggu itu nampak ibuk yang sama manasik sebaya Amak telah duduk di kursi roda.
Tentu terkejut, dan didekati ibuk tersebut bersama anaknya sekaligus bertanya darimana dapat fasilitas tersebut.
‘Pakai kursi roda ibuk thawaf ?, iya jawabnya’.
Langsung tumbuh di pikiran, Amak juga membutuhkan. Kemudian ditanyakan bagaimana cara mendapatkan kursi roda itu.
Dipinjam dari pihak hotel, katanya.
Apa masih ada satu lagi, balik tanya lagi.
Hanya satu saja, yang ini cuma. Dan lagi rodanya kurang bagus. Tapi karena demi orang tua tidak masalah.
Kalau amak mau, biar saya telpon Habib, mahasiswa (alumni Ar-Risalah) di Makkah.
Mana tahu ada. Dijawab iya. Lalu ditelpon Habib tersebut.
Singkat cerita Habib itu tiba dan menanyakan kursi roda kepadanya. Ternyata dijawab tidak ada lagi di hotel.
Karena saya terlihat kecewa, sebentar katanya. Dicoba tanya ke hotel sebelah.
Kemudian dapatlah kursi roda untuk Amak. Rancak dari yang ada sebelumnya. Kursi roda gratis, kalau sabananyo harus bayar 350 real atau Rp 1.5 juta dengan pakai petugas.
‘Alhamdulillah, duduklah Amak di kursi roda dan didorong. Tidak lama mobil menuju ke Masjidil Haram tiba. Naiklah kami ke oto yang khusus orang-orang pakai kursi roda.
Abang naik di oto yang lain. Baru senang hati mendorong Amak menjalani thawaf. ‘Eh pas turun oto terminal haram itu tu, tiba saja Abang (suami).Tentu heran, bagaimana kok tiba-tiba Abang. Ditambah lagi, Abang menawarkan diri, biar Abang yang mendorong Amak.
Alhasil akhirnya bertigalah kami thawaf di lantai dua. Di lokasi itu ada tempat khusus untuk kursi roda.
Alhamdulillah selesai thawaf dan sa’i, tahallul/ bercukur langsung.
Tak lama terdengar azan, dikira waktu subuh masuk, ternyata azan pertama, mengingatkan untuk sholat tahajjud. Barulah azan kedua jam 04.11 Subuh. Sholat Subuh berjamaah di Masjidil Haram.
Dua kemudian, karena kursi roda masih ditangan, pergi sholat Subuh kembali ke Masjidil Haram, dan ini pengalaman kedua kali.
Dan kursi dipulangkan.Alhamdulillah, walau keadaan amak susah jalan dan jauh, tapi Allah bukakan jalan pada saat dibutuhkan.
2. Setelah beberapa hari berada di hotel, keadaan aman-aman saja, bersih-bersih, tidak ada badan gatal-gatal.
Biasanya gatal kalau lah siang atau sore, Kini tidak ada seperti itu lagi. Sembuh, insya Allah sembuh sampai di tanah air lagi.
3. Pada hari ke 6 atau 7 di hotel. Ada terlintas di fikiran ini, kok ndak ada lalat. Ndak ada nyamuk, ndak ada semut yang nampak di mata. Tidak pula diucapkan. Hening saja.
Eeh, besoknyo muncul seekor sebentuk lalat, terkejut dibuatnya, kemudian langsung dibaca Astaghfirullah 3 x .
Alhamdulillah, sampai kini tidak ada langau (lalat) dan nyamuk lagi.
Kondisi cuaca di Makkah, panas dengan suhu 46 derajat, saat subuh 31 derajat, tapi wak tidak hitam dek nyo doh, taraso di badan wak dak hangek doh. Alhamdulillah Amak lai lamak saja tidurnya. Makan juga lamak sampai kini. Doakan terus Amak dan jamaah lainnya, semoga dimudahkan segala urusan di tanah suci.***