Padang – Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 10 Dzulhijjah jatuh pada 17 Juni 2024. Hal tersebut disampaikan oleh PP Muhammadiyah dalam konferensi pers pada, Sabtu (11/5/2023) lalu.
Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Sayuti mengatakan bahwa pada Kamis Wage 29 Zulkhaida 1445 Hijriah, atau bertepatan dengan 6 Juni 2024 Masehi, ijtimak jelang 1 Zulhijah 1445 Hijriah terjadi pada pukul 19.37.58 WIB.
Sayuti mengatakan, pada saat itu, tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta yaitu minus 3 derajat, 32 menit 39 detik, yang dengan demikian hilal belum wujud.
Di wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu, bulan berada di bawah ufuk. Tiga umur bulan Zulkaida 1445 Hijriah, disempurnakan atau istiqmal menjadi 30 hari.
Di wilayah Indonesia pada tanggal 1 Zulhijah 1445 Hijriah, jatuh pada Sabtu Legi 8 Juni 2024 Masehi
“Dengan demikian menurut perhitungan tarjih hari Arafah atau 9 Zulhijah 1445 Hijriah jatuh pada hari Ahad Wage 16 Juni 2024. Oleh karena itu, 10 Zulhijah 1445 atau Idul Adha, jatuh pada hari Senin Kliwon, 17 Juni 2024,” kata Sayuti.
Menyikapi putusan PP Muhammadiyah tersebut, Wakil Ketua PWM Sumbar, Firdaus memperkirakan akan terjadi perbedaan 10 Dzulhijjah di Indonesia dengan Arab Saudi. Arab Saudi akan lebih dahulu 1 hari dari Indonesia.
“Perbedaan tahun ini kemungkinan terjadi, karena pada tanggal yang telah ditetapkan Arab Saudi, hilal di Indonesia masih di bawah ufuk,” kata Firdaus dalam keteranganya saat rapat pleno PWM Sumbar, Rabu (15/5).
Oleh Sebab itu, Firdaus mengimbau kepada warga Muhammadiyah Sumbar, untuk bisa menerima perbedaan tersebut, karena akan ada beberapa kelompok yang akan berbebeda dengan yang telah ditetap Muhammadiyah.
“Secara nasional baik Muhammadiyah maupun pemerintah, berkemungkinan besar akan sama, namun diperkirakan ada yang berbeda, tapi mari kita saling menghargai itu,” kata Firdaus. (EN)