PADANG PANJANG – Sebanyak 295 orang wali santri, Pondok Pesantren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang, Ahad (2/7), di Komplek Kauman, mengikuti pendidikan keorangtuaan (parenting education).
Para orang tua santri baru tahun pelajaran 2023/2-24 itu, terlihat antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung dua jam, bersama motivator khusus yang telah disiapkan.
Mudir Pesantren Dr. Derliana menjelaskan, program itu dalam rangka membangun fondasi pendidikan berkualitas, menyamakan persepsi, dan membangun komunikasi dengan orang tua santri.
“Pada dasarnya fondasi awal pendidikan terletak pada kerjasama yang terbangun dari tiga aspek yang tidak terpisahkan. Keluarga, masyarakat dan sekolah. Untuk itu kami ingin mengundang wali santri dalam kegiatan ini,” ujarnya.
Menurutnya, parenting education adalah metode yang tepat bagi orang tua dalam pembentukan karakter anak. Parenting di sini bukan hanya sekedar mengasuh anak, namun orang tua harus mendidik, membimbing dan melindungi serta mendukung setiap program pontren dalam meramu perkembangan anak selama proses pendidikannya.
Parenting education, jelasnya, memiliki pengertian yaitu program pendidikan pengasuhan yang dilakukan oleh lembaga yaitu Pontren Kauman, sebagai tempat dan wadah untuk meningkatkan kualitas kepengasuhan dan tercapainya visi-misi Pontren.
“Manfaat yang diperoleh dari parenting education adalah menambah wawasan dan pengetahuan orang tua dalam hal pengasuhan anak sesuai dengan usia, karakter dan perkembangannya,” sebutnya.
Mengangkat tema Membangun Generasi Lebih Cerdas dan Berakhlak, kegiatan ini mendatangkan motivator sekaligus Wakil Mudir Bidang SDM Surya Bunawan, MA. Dalam paparannya Surya mengatakan, Patrap Triloka yang diusung oleh KH Dewantara sangat erat sekali hubungan dengan fungsi serta peran orang tua.
“Sebagai orang tua dan guru kita mesti mampu memahami hakikat pendidikan untuk anak kita. Kontrol sosial dari orang tua mesti berjalan dengan baik, agar cita-cita kita dalam lahirkan generasi lebih cerdas dan berakhlak dapat kita tunaikan,” ujarnya.
Surya menjelaskan, baik sebagai guru maupun sebagai orang tua, sudah sepatutnya menerapkan konsep-konsep pengambilan keputusan yang tepat, dan berpihak pada bakat dan minat santri. Dengan begitu akan lahirlah 4 paradigma dan 3 prinsip.
“Empat paradigma dalam pengambilan keputusan, yaitu individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyality), jangkah pendek lawan jangka panjang (short term vs long term),” jelasnya.
Ditambahkannya, untuk persoalan tiga prinsip dilema etika, yaitu orang tua dan sekolah mesti berkolaborasi, dalam hal berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
“Jika orang tua dan pihak Pontren dapat menjalankan ini semua, kita yakin dan percaya apa yang menjadi cita-cita bersama akan dapat kita wujudkan dengan catatan kepercayaan dan kontrol dari orang tua sesuai dengan apa yang kita harapkan,” ungkapnya.(rel)